Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BOJONEGORO. Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur disebut-sebut menyimpan kekayaan sumber daya alam minyak dan gas bumi melimpah yang akan mengantarkannya sebagai kabupaten terkaya se-Indonesia.
Kepala Unit Percepatan Proyek Jambaran Tiung Biru SKK Migas, Waras Budi Santosa mengemukakan, saat ini pihaknya datang di satu kabupaten terkaya di Indonesia karena dari dana bagi hasil maupun dari kegiatan hulu migas berkontribusi sangat signifikan ke Kabupaten Bojonegoro.
“Banyu Urip dan daerah Mudi di sekitar sini yang kecil-kecil itu paling signifikan bahwa kontribusi hulu migas ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) daerah sini menjadikan Bojonegoro ini secara APBD mungkin terkaya di Indonesia,” jelasnya saat ditemui di Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru, Rabu (26/8).
Apalagi saat ini sedang berlangsung Proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). JTB diharapkan menjadi salah satu penghasil gas terbesar di Jawa Timur dengan kapasitas produksi hingga 192 Juta Standar Kaki Kubik per Hari/Million Standard Cubic Feet per Day (mmscfd).
Baca Juga: SKK Migas Meramu Strategi Hadapi Potensi Surplus Gas di Jawa Timur
Proyek gas JTB dioperatori oleh PT Pertamina EP Cepu (PEP Cepu) Zona 12 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina. Area proyek ini berada di empat lokasi Kecamatan Gayam, Ngasem, Tambakrejo, dan Purwosari di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Per Agustus 2022, JTB telah melaksanakan gas in yang merupakan tahap awal pembuktian bahwa equipment dan instalasi terintegrasi dengan baik. Setelah gas in berjalan lancar, tahap berikutnya adalah gas on stream yang saat ini sudah mencapai 30 mmscfd dan diharapkan minggu depan dapat mencapai 60 mmscfd hingga 70 mmscfd. Berikutnya di Desember 2022 ditargetkan gas on stream dapat berjalan hingga 100% atau mencapai 192 mmscfd.
“Target di Desember mudah-mudahan bisa tercapai, kita sedang berjuang mencapai hal itu,” harapnya.
Secara keseluruhan, Waras menjelaskan, gas dari JTB sudah masuk ke sistem pipa Gresik-Semarang yang mayoritas sebenarnya dibawa ke arah Gresik. Kebetulan buyer di sini PT PGN dari kontrak 172 mmscfd ini sebanyak 100 mmscfd didekasikan untuk PLN dan 72 mmscfd untuk industri di Jawa Timur.
Ke depannya, Waras melihat bahwa JTB berpotensi menjadi sentra (hub) untuk pengembangan lapangan-lapangan gas lain di sekitar Bojonegoro. Dia mencontohkan, saat ini ada lapangan gas seperti Cendana di Desa Cendono, Kecamatan Pandangan, Bojonegoro serta Lapangan Alas Tua yang bisa saja tidak perlu dibuat plant sebesar JTB.
“Jadi tinggal bangun pipa tarikin ke sini,” kata Waras.
Baca Juga: Pengamat: Ekspansi Grup Salim ke Sektor Energi Bakal Lebih Lincah
Lewat konsep itu, Waras berharap JTB bisa menjadi sentra pengembangan lapangan gas dari daerah-daerah lain karena masih memiliki lahan kosong yang luas. Asal tahu saja luas wilayah JTB mencapai 10 hektar.
“Walaupun ini belum ada rencana, tetapi bayangan saya kalau ini bisa jadi hub mungkin bisa mendorong pengembangan lapangan-lapangan idle yang lainnya,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News