Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sumitomo Metal Mining Co., Ltd (SMM) memutuskan untuk menghentikan studi kelayakan (feasibility studies) pembangunan smelter nikel di Pomalaa yang sedang berlangsung. Hal ini disampaikan President & Representative Director Sumitomo Metal Mining, Akira Nozaki pada laman resmi Sumitomo Metal Mining pada Senin (25/4).
Pada 2012, SMM mulai bekerja sama dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dalam pra-studi kelayakan untuk proyek Pomalaa. Kemudian, sejak 2018, kerja sama ini berlanjut dan telah melakukan studi kelayakan definitif untuk proyek Pomalaa. Namun, karena terjadi pandemi Covid-19 prosedur untuk mendapatkan izin dan diskusi dengan Vale Indonesia tertunda.
Dalam keadaan seperti ini, Vale Indonesia telah mulai mencari alternatif untuk mempromosikan proyek Pomalaa dengan SMM, dan SMM tidak dapat melanjutkan negosiasi dengan PTVI.
“Karena sulit untuk mempertahankan tim studi proyek internal dan eksternal tanpa prospek kemajuan di masa depan, SMM telah menyimpulkan bahwa tidak punya pilihan selain menghentikan studi,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diunggah pada website resmi Sumitomo Metal Mining, Senin (25/4).
Baca Juga: Pendapatan Bali Towerindo (BALI) Meningkat 11,27% pada Kuartal I
Manajemen Sumitomo Metal Mining menyatakan, sebenarnya proyek Pomalaa adalah inti dari strategi perusahaan untuk mengamankan sumber daya nikel untuk mencapai visi jangka panjang dari tingkat produksi nikel tahunan sebesar 150.000 ton.
Smelter Pomala juga diposisikan sebagai proyek besar untuk meningkatkan nilai perusahaan Sumitomo Metal Mining dalam Rencana Bisnis 3 Tahun 2021 yang baru-baru ini diungkapkan.
“Meskipun kami menyayangkan hasil ini, kami akan melanjutkan upaya kami untuk mengamankan sumber daya nikel untuk memperkuat rantai nilai tiga bisnis SMM (Sumber Daya Mineral, Peleburan & Pemurnian dan Material) dan memastikan pasokan produk nikel SMM yang stabil, sebagaimana tercantum dalam SMM Rencana Bisnis 3 Tahun,” ujarnya.
Pihak SMM menegaskan bahwa hal ini akan berdampak minimal pada kinerja tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2022 dan 31 Maret 2023.
Sebagai informasi, pembangunan smelter di Pomalaa bertujuan untuk memproses bijih nikel limonite dengan menggunakan teknologi high pressure acid leaching (HPAL) yang menghasilkan produk yang dapat diolah menjadi bahan utama baterai mobil listrik.
Melansir paparan publik yang disampaikan pada 13 September 2021 di keterbukaan informasi BEI, manajemen Vale Indonesia menyatakan proyek Pomalaa sedang dalam proses menyelesaikan perizinan AMDAL dan diharapkan dapat diselesaikan di tahun depan sehingga bisa maju ke tahap selanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News