kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Suplai di Amerika seret, harga batubara bisa naik


Senin, 09 Juli 2012 / 08:45 WIB
Suplai di Amerika seret, harga batubara bisa naik
ILUSTRASI. Proyek pembangunan properti terpadu Holland Village Jakarta berlangsung di Jalan Letjen Suprapto Kav.60 No.1, Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Kamis (30/1/2019). Warta Kota/Alex Suban


Reporter: Anna Marie Happy | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Meski harga batubara dalam sepekan terakhir ini menurun, namun diproyeksi bisa kembali naik dalam waktu dekat. Penurunan produksi batubara di Amerika Serikat (AS) bisa menjadi katalis pemicu kenaikan harga batubara ini.

Sebagai catatan, harga batubara untuk kontrak pengiriman Agustus di Pasar Newcastle ditutup di level US$ 88,75 per metrik ton pada Jumat (6/7). Harga itu melorot 2% dari posisi akhir pekan sebelumnya yang masih di level US$ 90,55 per metrik ton.

Analis Asia Kaptalindo Futures (Askap), Kiswoyo Adi Joe menuturkan, turunnya harga batubara belakangan ini akibat jebloknya harga gas alam beberapa waktu lalu. "Ketika harga minyak turun, harga batubara juga turun tapi tak signifikan. Namun, jika harga gas yang turun, maka harga batubara akan turun lebih tajam," ulasnya.

Penyebab lain terkikisnya harga batubara, yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa akibat krisis.

Namun, Kiswoyo optimistis, harga batubara akan meningkat dalam sepekan ke depan ini. Seretnya stok batubara di AS dan China dinilai bisa memacu harga batubara kembali mendaki di pekan ini.

Departemen Energi AS seperti dikutip Bloomberg pada Jumat (6/7) melaporkan, produksi batubara AS per Juni tahun ini turun 9,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Produsen batubara memangkas produksi sebagai respon terhadap penurunan konsumsi batubara untuk pembangkit listrik.
Selain itu, kabar baik mulai menyeruak dari Eropa dan Asia. Beberapa bank sentral melonggarkan kebijakan moneter demi memompa pertumbuhan ekonomi.

Kata Kiswoyo, jika perekonomian Eropa kembali membaik, penggunaan batubara pun akan kembali meningkat, seiring tingginya penggunaan listrik untuk industri. Tak heran, dia memprediksi, harga batubara bisa kembali naik ke kisaran US$ 85-US$ 90 per metrik ton pada pekan ini.

Tergantung minyak

Berbeda dengan Kiswoyo, analis Harvest International Futures Ibrahim justru memprediksi harga batubara bisa turun lebih tajam, pekan ini.

Menurutnya, sentimen memburuknya angka pengangguran pekan lalu di AS masih akan menyeret turun harga batubara. Pasalnya, data tersebut mengindikasikan ekonomi negara tersebut menurun. Apalagi, jika ekonomi global tak segera pulih.

Harga batubara juga akan tetap rendah jika harga minyak mentah terus melandai. Kata Ibrahim, harga minyak merupakan barometer harga komoditas. Jika, harganya turun, maka harga komoditas lain juga ikut turun.

Dia memprediksi, harga batubara pada pekan ini bisa kembali turun hingga ke level US$ 86 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×