kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suplai sapi impor dihentikan, peternak jalin kerjasama dengan distributor


Senin, 13 Juni 2011 / 07:59 WIB
Suplai sapi impor dihentikan, peternak jalin kerjasama dengan distributor
ILUSTRASI. CEO Starbucks Kevin Johnson langsung menutup 8.000 gerai mereka di Amerika untuk memberi pelatihan pada karyawan agar tak bersikap bias, usai insiden di kedai Philadelphia. Ini adalah suasana Starbucks di Petaling Jaya, Malaysia, 12 Juni 2020. REUTERS/ Li


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Penghentian ekspor sapi bakalan oleh Australia selama enam bulan diprediksi tidak terlalu membuat risau pelaku bisnis penggemukan sapi. Pasalnya, stok sapi bakalan para feedloter ini masih cukup untuk digemukkan dalam tiga sampai empat bulan ke depan.

Ketua Forum Peternak Budidaya Penggemukan Sapi Jawa Barat Yudi Guntara Noor mengungkapkan dalam jangka pendek, penghentian ekspor sapi bakalan oleh Australia tidak akan banyak mengganggu usaha penggemukan sapi. Pasalnya, "Saat ini posisi kandang sudah terisi penuh," ujarnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.

Nah, untuk penggantian alias replacement sapi yang dipotong, Yudi bilang bisa menggunakan sapi bakalan lokal. Ia mencontohkan, kandang ternak miliknya sendiri saja yang memiliki kapasitas sekitar 40.000 ekor sapi per tahun saat ini sudah terisi. Dari total kapasitas ini, ia menargetkan sekitar 5.000 ekor sapi bakalan berasal dari lokal.

Hingga saat ini stok sapi bakalan impor mencapai 150.000 ekor. Rinciannya, sebanyak 123.500 ekor adalah realisasi impor sapi bakalan hingga 31 Mei 2011, dan sebanyak 26.500 ekor sapi bakalan stok sisa tahun lalu. Dengan hitungan normal, dan sudah memperhitungkan kebutuhan ramadan dan idul fitri, stok sapi bakalan ini bisa memenuhi kebutuhan paling tidak untuk 4 bulan.

Asal tahu saja, sapi bakalan butuh waktu sekitar 3 bulan - 4 bulan untuk digemukkan menjadi sapi siap potong. Sapi bakalan, kata Yudi memiliki berat hidup maksimal setara 350 kg daging. Nah, "Sapi bakalan ini digemukkan sampai mencapai sekitar 450 kg - 500 kg berat hidup," katanya.

Harga sapi bakalan impor sekitar Rp 27.000 per kg, harga ini memang jauh lebih mahal ketimbang harga sapi bakalan lokal yang sekitar Rp 22.000 per kg daging hidup. Harga sapi bakalan lokal ini turun sekitar 8% ketimbang setahun yang lalu yang sekitar Rp 24.000 per kg.

Bahkan, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Prabowo Respatiyo Caturroso, harga sapi bakalan lokal di daerah ada yang hanya dihargai sekitar RP 16.000 per kg.

Setelah digemukkan, sapi potong dijual dengan harga Rp 23.000 - Rp 27.000 per kg. Yudi menjelaskan, harga daging sapi dari bakalan menjadi sapi potong memang tidak jauh berbeda, bahkan ada kalanya justru menurun kalau dihitung dari harga beli sapi bakalan impor. "Keuntungan feedloter bukan dari selisih harga jual daging tapi dari tambahan volume daging setelah digemukkan," ungkapnya.

Menurut Yudi, dalam satu tahun terakhir, harga sapi bakalan impor sudah naik sekitar 20% -25%. Kenaikan ini, menurutnya karena penguatan nilai tukar Dolar Australia. "Meski sapi bakalan impor lebih mahal, tapi keuntungannya kita bisa mendapatkan sapi dalam jumlah besar dengan bobot yang seragam," jelasnya.

Selama ini, kata Yudi para feedloter mengalami kendala untuk mendapatkan pasokan sapi lokal dalam jumlah besar dan bobot yang Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Johny Liano mengungkapkan selama ini para feedloter sudah menyerap sapi dari peternak lokal, hanya saja jumlahnya masih sedikit. Dalam hitungan Johny, selama ini dari total sapi yang digemukkan oleh para feedloter, sekitar 80% nya sapi impor, sedangkan sisanya sekitar 20% nya adalah sapi lokal.

Sebetulnya, Johny bilang ketersediaan pasokan sapi lokal cukup banyak. Hanya saja lokasinya terbesar di pelosok Indonesia. Sementara itu, "Infrastruktur dan sarana distribusi di negara kita masih belum menunjang, sehingga biaya produksi menjadi mahal," ungkapnya.

Prabowo membenarkan, selama ini populasi sapi di Indonesia masih banyak yang terpencar di berbagai sentra dari Aceh, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi. Dalam hitungannya, potensi pasokan sapi lokal di seluruh pelosok wilayah Indonesia bisa mencapai 2,4 juta ekor per tahun. Jumlah ini lebih besar ketimbang kebutuhan sapi selama satu tahun yang sekitar 2,3 juta ekor.

Karenanya, Prabowo bilang ke depan Kementan akan meningkatkan pasokan sapi dari dalam negeri dengan membangun kerjasama Asosiasi Distributor Daging Indonesia (ADDI) dengan RPH. "Kerjasama ini sudah dilakukan di Jawa Timur, dan akan kita kembangkan di Jawa Tengah dan daerah lainnya," ungkapnya.

Menteri Pertanian Suswono menambahkan, dengan kerjasama dengan distributor ini, Kementan berupaya untuk memperpendek mata rantai tata niaga sapi bakalan. Sehingga, peternak bisa mendapatkan harga lebih tinggi. "Selama ini peternak tidak tahu harga di pasar, sehingga mereka dipermainkan oleh pedagang pengumpul (blantik)," katanya.

Setelah empat bulan nanti, para peternak sapi dan Apfindo mengatakan akan lebih mengoptimalkan pasokan sapi bakalan dari dalam negeri. Apalagi, Juli nanti hasil sensus ternak yang berisi data potensi ketersediaan ternak lokal sudah keluar.

Suswono juga berjanji tidak akan ada gejolak harga daging sapi di pasaran pasca penghentian ekspor sapi bakalan oleh Australia. "Saya sudah bertemu dengan Aspidi, mereka sudah berkomitmen untuk tidak memanfaatkan situasi dengan menaikkan harga daging sapi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×