kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surveyor Indonesia Dukung BI dan OJK Mitigasi Risiko Iklim dan SDA


Selasa, 29 November 2022 / 11:00 WIB
Surveyor Indonesia Dukung BI dan OJK Mitigasi Risiko Iklim dan SDA


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guncangan terkait iklim dan Sumber Daya Alam (SDA) dapat menjadi risiko sistemik pada perbankan dan stabilitas keuangan, sehingga perlu disikapi oleh regulator sektor keuangan dan Bank Sentral.

Untuk itu, PT Surveyor Indonesia bekerjasama dengan Perkumpulan Prakarsa menggelar dialog kebijakan yang membahas kebijakan sektor keuangan memitigasi risiko terkait Alam dan Iklim serta meningkatkan kualitas tata kelola SDA. 

Dialog tersebut dilakukan bersama Bank Indonesia, Bappenas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Walhi, dan lain-lain. 

Direktur Sumber Daya Manusia PT Surveyor Indonesia, Lussy Ariani Seba, mengatakan mengurangi risiko-risiko sejak dini akan mendatangkan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam jangka panjang yang juga sejalan dengan agenda keuangan berkelanjutan G20. 

Baca Juga: Enam Perusahaan Ini Akan Bergabung dalam Holding Danareksa

Perekonomian Indonesia berkembang pesat, namun cukup rentan terhadap risiko fisik dan transisional yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan hilangnya beberapa sumber daya alam. 

“Oleh karena itu, Surveyor Indonesia mendukung setiap langkah dan kebijakan regulator sektor keuangan dan Bank Sentral yang beberapa di antaranya dilontarkan dalam bentuk gagasan kebijakan oleh Network for Greening the Financial System (NGFS),” ujar Lussy dalam keterangan resminya, Selasa (29/11).

Surveyor Indonesia melalui layanan jasa sustainability mendukung program-program Pemerintah dalam sektor keuangan berkelanjutan. Lussy bilang, diperlukan peran Lembaga Jasa Keuangan untuk mendukung tujuan bersama membangun masa depan yang aman, tangguh, dan berkelanjutan. 

Pendanaan mestinya dapat mengalir di tempat yang paling dibutuhkan yakni kepada masyarakat, pelaku UMKM, maupun kegiatan inovatif untuk memulihkan lingkungan dan beroperasi dengan cara regeneratif.

“Perlu adanya orkestrasi dalam pembiayaan sehingga akan tercapai sebuah harmoni dan sinergi,” kata dia.

Elena Almeida, Analis Kebijakan, NGFS INSPIRE, menilai peran bank sentral juga sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati. Menurutnya, mandat primer Bank Sentral untuk menjaga stabilitas harga, stabilitas keuangan serta mandat  mendukung kebijakan ekonomi pemerintah memiliki relevansi dengan keanekaragaman hayati.

Ia menjelaskan, bahwa fungsi stabilisasi harga yang dijalankan BI dengan menangani inflasi melalui pengaturan jumlah uang yang beredar juga merupakan alat yang berpotensi meningkatkan pembiayaan berkelanjutan.

Sementara fungsi stabilisasi keuangan yang dilakukan dengan mencegah risiko sistemis dalam sistem keuangan juga merupakan alat untuk menangani  risiko terkait alam.

Baca Juga: Danareksa Sebut Ada 7 Perusahaan BUMN Sakit yang Akan Dibubarkan

“Sedangkan pelaksanaan mandat sekunder yakni mendukung kebijakan ekonomi pemerintah juga merupakan alat yang berpotensi meningkatkan pembiayaan berkelanjutan,” tutur Elena. 

Ia menambahkan bahwa tanggung jawab utama untuk mengatasi krisis keanekaragaman hayati diemban juga oleh Pemerintah, terutama untuk mengatasi kegagalan pasar, kelembagaan, dan kebijakan yang menimbulkan penurunan kualitas atau kuantitas ekosistem. 

Selain itu, menurutnya Bank Sentral berperan penting dalam menyelaraskan semua aliran keuangan untuk mendukung konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

“Sinyal kebijakan dari Bank Sentral dan pengawas keuangan dapat memainkan peran pelengkap untuk menjaga stabilitas keuangan dengan mengurangi risiko keuangan terkait keanekaragaman hayati dan membantu mengarahkan sumber daya keuangan demi mendukung kegiatan yang berdampak positif terhadap alam,” ujar Elena.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×