kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Surya Internusa (SSIA) Targetkan Laba Bersih Sekitar Rp400 Miliar pada Tahun 2025


Selasa, 10 Desember 2024 / 17:54 WIB
Surya Internusa (SSIA) Targetkan Laba Bersih Sekitar Rp400 Miliar pada Tahun 2025
ILUSTRASI. Emiten lahan industri, konstruksi, hotel, dan real estate, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mengungkapkan optimisme bisnis pada 2025


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten lahan industri, konstruksi, hotel, dan real estate, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mengungkapkan optimisme bisnis pada 2025 mendatang. 

Pada media gathering yang berlangsung di Kuningan, Jakarta Selatan, VP Investor Relation & Corporate Communication SSIA Erlin Budiman menuturkan tahun depan Perusahaan memiliki beberapa proyek yang menarik. 

"Secara bisnis tahun depan proyeksi kami cukup baik dan kami juga memiliki exciting news juga namun memang belum dapat di-disclose. Hopefully semua sedang dalam proses dan seiring dengan adanya kabinet baru, kami juga menunggu approval hingga perjanjian secara resmi atau official," papar Erlin saat ditemui media di Gran Via Cafe di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (10/2). 

Baca Juga: Surya Semesta (SSIA) Catat Laba Bersih Rp 228,41 Miliar per Kuartal III 2024

Tahun depan, SSIA mematok target pendapatan dan laba hingga alokasi capex lebih tinggi dibandingkan tahun 2024. Erlin mengungkapkan tahun depan memproyeksikan pendapatan sekitar Rp6,3 triliun dan laba bersih sekitar Rp400 miliar. Lalu alokasi capex diproyeksi akan berada di kisaran Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun. 

Peningkatan tersebut, diakui memang tidak besar mengingat salah satu segmen bisnis yang  menyumbang porsi pendapatan cukup signifikan, yakni Hotel Melia Bali Hotel, sedang renovasi dan ditutup untuk umum sampai dengan 2026 mendatang.

Lebih lanjut, Erlin menjelaskan beberapa katalis yang mendorong kinerja di antaranya adalah beberapa pipe line yang hadir pasca masuknya BYD di lahan milik Surya Semesta seluas lebih dari 100 hektar. 

"Untuk pipe line sebenarnya banyak, namun untuk industrial estate masih butuh beberapa kepastian lain. Kami juga masih akan menemui pembeli potensial untuk turunan supply chain-nya, kami masih belum tahu berapa banyak nilainya, namun ini tetap akan menjadi kabar baik," imbuhnya.

SSIA juga mengungkapkan Perusahaan tentu tidak hanya membidik industri otomotif saja tetapi juga untuk sektor bisnis lainnya. 

Erlin menyampaikan bahwa sektor bisnis F&B (makanan dan minuman), tekstil dan turunannya, farmasi, hingga heavy industri juga sangat diterima kehadirannya. Hingga kini, SSIA mencatat bahwa permintaan dari sektor bisnis otomotif masih mendominasi lahan industrinya. 

Mengenai kebijakan kenaikan pajak PPN 12% yang berlaku tahun depan, Erlin menyebutkan tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap bisnis unit properti Perusahaan, terutama untuk sektor penjualan di kawasan industri. 

 

"Hal ini dikarenakan sebagian besar tenant kami adalah perusahaan atau pelaku usaha yang membutuhkan lahan untuk keperluan operasional atau ekspansi bisnis mereka. Pembelian lahan kawasan industri umumnya merupakan keputusan strategis jangka panjang, sehingga sensitivitas terhadap kenaikan PPN relatif rendah dibandingkan segmen properti residensial," jelasnya. 

Namun demikian, meski Perusahaan yakin bahwa dampak yang akan dirasakan minimal, SSIA tetap fokus pada peningkatan nilai tambah bagi tenant-nya. 

SSIA akan terus mengembangkan infrastruktur dan fasilitas pendukung kawasan industri yang terintegrasi, guna mendukung kelancaran operasional tenant. Di sisi lain, Perusahaan juga akan selalu mematuhi peraturan pemerintah yang berlaku, serta tetap menerapkan strategi yang agile dan adaptif, juga menjalankan usaha dengan lebih efektif dan efisien. 

"Langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa SSIA tetap menjadi pilihan utama bagi pelaku usaha, terlepas dari perubahan kebijakan perpajakan," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×