kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahan banting hadapi pandemi, industri furnitur mampu tumbuh 8% di semester I-2021


Selasa, 21 September 2021 / 15:08 WIB
Tahan banting hadapi pandemi, industri furnitur mampu tumbuh 8% di semester I-2021
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan pembuatan furniture berbahan katu jati./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/09/06/2021.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri furnitur merupakan salah satu sektor yang potensial dikembangkan karena didukung dengan ketersediaan sumber daya alam di dalam negeri. Di kancah global, industri furnitur nasional mampu berdaya saing karena produknya yang inovatif.

“Industri furnitur sebagai sektor padat karya dan berorientasi ekspor juga berperan penting dalam memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya pemulihan ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam siaran pers di situs Kemenperin, Senin (20/9).

Menperin menyebutkan, pada kuartal I-2021, kinerja industri furnitur mampu bangkit dan tumbuh positif sebesar 8,04% setelah pada periode yang sama tahun lalu mengalami kontraksi 7,28% karena dampak pandemi Covid-19. Selanjutnya, subsektor industri kayu, barang dari kayu, rotan, dan furnitur menyumbangkan sebesar 2,60% terhadap pertumbuhan kelompok industri agro.

“Artinya, industri furnitur dan kerajinan terbukti memiliki tingkat resiliensi yang tinggi di saat pandemi,” ujar Agus.

Guna lebih memacu produktivitas dan daya saingnya, Kemenperin terus menjaga ketersediaan bahan baku dan mendorong pelaku industri furnitur untuk aktif melakukan inovasi. Bahan baku industri furnitur dan kerajinan di Indonesia bisa dikatakan cukup melimpah, terutama berasal dari hutan produksi yang memiliki luas 68,8 juta hektare.

“Iklim tropis Indonesia juga sangat menguntungkan, karena berbagai jenis pohon dapat tumbuh dengan cepat,” tutur Agus.

Selain itu, Indonesia merupakan penghasil 80% bahan baku rotan dunia yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.

Menperin mengemukakan, salah satu faktor yang mendongkrak penjualan produk furnitur di saat pandemi, yaitu adanya peralihan atau reorganisasi signifikan belanja rumah tangga masyarakat, dari yang untuk hiburan, pariwisata, atau transportasi, menjadi kebutuhan untuk menata dan merenovasi rumah.

Baca Juga: Ini tanggapan perusahaan berorientasi ekspor terkait implementasi kerja sama LCS

“Bahkan, aktivitas belanja online selama pandemi juga mendukung peningkatan penjualan furnitur, baik memenuhi pasokan pasar domestik maupun ekspor,” imbuhnya.

Kemenperin mencatat, nilai ekspor produk furnitur (HS 9401-9403) tahun 2020 menembus US$ 1,91 miliar, meningkat 7,6% dari tahun 2019 yang mencapai US$ 1,77 miliar. Negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia tahun 2020 antara lain adalah Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.

“Daya beli pasar terhadap produk furnitur dan kerajinan yang masih tinggi ini perlu untuk terus kita respons dengan penyediaan akses alternatif promosi produk,” ungkap Menperin

Pada sektor industri furnitur, saat ini terdapat 1.114 perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan jumlah kapasitas produksi sebesar 2,9 juta ton per tahun dan total tenaga kerja yang terserap sebanyak 143.119 orang.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyampaikan, pihaknya bertekad untuk terus memfasilitasi kemudahan iklim berusaha bagi para pelaku industri furnitur dan kerajinan di tanah air. Instrumen-instrumen yang bisa dimanfaatkan antara lain fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku, program revitalisasi mesin atau peralatan, fasilitasi Politeknik Furnitur, dan program pengembangan desain furnitur.

Berikutnya, fasilitasi insentif tax holiday, tax allowance, serta super deduction tax untuk riset dan pengembangan serta vokasi, penerapan SNI dan SKKNI, pengoptimalan TKDN, serta fasilitasi keikutsertaan pada pameran nasional maupun internasional.

“Ketersediaan bahan baku yang melimpah sebagai comparative advantage, didukung dengan kebijakan kemudahan iklim berusaha yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, diharapkan dapat mewujudkan industri yang menghasilkan nilai tambah tinggi, berdaya saing global, dan berwawasan lingkungan,” papar Putu.

Putu juga berharap agar industri furnitur dan kerajinan terus melakukan inovasi dan selalu melakukan eksplorasi kekayaan budaya nasional dengan kemasan modern serta mengikuti tren pasar global. Tak ketinggalan, Kemenperin juga gencar memacu penggunaan produk furnitur dan kerajinan produksi dalam negeri.

Selanjutnya: Terdampak pandemi, furniture Gema Grahasarana (GEMA) mengalami kenaikan harga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×