kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Tahan kenaikan harga, Maspion genjot produksi


Rabu, 17 Juli 2013 / 10:22 WIB
Tahan kenaikan harga, Maspion genjot produksi
ILUSTRASI. Makanan Pantangan Bagi Penderita Asam Lambung. KONTAN/Muradi/26/06/2010


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Maspion Group mencoba menghindari kenaikan harga produk akibat beban produksi yang terus membumbung tinggi. Sejak awal 2013, perusahaan yang berbasis di Surabaya ini harus menanggung kenaikan biaya produksi yang mencapai peningkatan biaya produksi yang harus mereka tanggung rata-rata mencapai 4%.

Dari pada menaikkan harga jual produk, Alim Markus, Chief Executive Officer Maspion Group, menyatakan, pihaknya memilih strategi untuk meningkatkan produksi perusahaan. "Kami mengandalkan kuantitas produk yang lebih banyak sehingga beban biaya bisa menjadi turun," kata dia belum lama ini.

Seperti yang terjadi pada industri lain, kenaikan biaya produksi Maspion pun masih disumbang oleh peningkatan upah pekerja tahun ini. Selain itu, ada kenaikan beban energi yang harus ditanggung Maspion, seperti tarif listrik.

Menurut Alim, kenaikan biaya produksi tertinggi dialami untuk produksi glassware, seperti gelas, piring, atau mangkok. Pasalnya, kebutuhan energi untuk produk ini juga terbilang tinggi. Sayangnya, Alim tidak merinci kenaikan beban produksi dari produk rumah tangga ini.

Untuk memompa kapasitas produksi, salah satu opsi yang dipilih Maspion adalah menambah jam kerja. Sedangkan kebutuhan bahan baku yang meningkat pun tidak membuat khawatir Maspion.

Misalnya, untuk kebutuhan aluminium, meski saat ini harga aluminium di pasar global fluktuatif, harga saat ini cenderung menurun. "Saat ini, harga aluminium sekitar US$ 1.740 per ton," ucapnya.

Karena itu, Alim bilang, pasokan bahan baku aluminium yang dibutuhkan perusahaan masih bisa diperbanyak. Tapi, Alim bilang, langkah ini juga perlu kehati-hatian lantaran kurs rupiah yang lemah ikut membebani biaya produksi.

Sebagai informasi, tiap tahun, kebutuhan bahan baku aluminium ingot Maspion bisa mencapai 250.000 ton. Lantaran pasokan produsen lokal yang terbatas, nyaris semuanya harus diimpor.

Dari pasokan bahan baku aluminium impor tersebut, setiap tahun, Maspion bisa menghasilkan sekitar 200.000 ton produk jadi berbahan aluminium. Di antaranya adalah produk alat dapur yang kapasitas produksinya tiap tahun menyentuh 6 juta unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×