Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga kedelai mulai naik di pasaran. Bila sebelumnya harga kedelai rata-rata hanya Rp 7.500 per kilogram (kg), saat ini, harga kedelai sudah merangkak naik di kisaran Rp 8.500-Rp 12.500 per kg. Kenaikan harga ini disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang saat ini mencapai Rp 13.000 per dollar AS.
Aip Syarifuddin, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyatakan harga kedelai terkini di pasaran sudah menyentuh level Rp 12.500 per kg.
Menurutnya, selain faktor nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, kenaikan harga kedelai juga disebabkan masih buruknya sistem tataniaga kedelai nasional. "Sistem distribusi kedelai belum berjalan dengan baik. Akibatnya, harga bervariasi ada yang Rp 8.500 per kg, Rp 9.000 per kg, dan bahkan sampai Rp 12.500 per kg," ujar Aip kepada KONTAN, Kamis (12/3).
Dampak kenaikan harga kedelai ini bisa langsung ditebak. Perajin tahu dan tempe sebagai konsumen utama kedelai harus memutar otak agar tetap bisa berproduksi, tapi tidak merugi. "Tren harga tahu dan tempe di pasar saat ini sudah bersiap untuk naik," ujarnya.
Situasi ini makin berat karena kenaikan harga kedelai ini juga sedikit dipengaruhi kenaikan harga kedelai di pasar AS lantaran musim panen sudah berlalu. Musim panen kedelai biasanya pada bulan September hingga Desember. Sementara pada bulan Maret hingga Juli, harga biasanya naik akibat pasokan berkurang.
Biasanya pada musim panen harga kedelai sebesar US$ 10 per bushel (satu bushel sekitar 27 kg).
Namun saat ini, harga kedelai sudah mulai merangkak naik mulai 20% hingga 30% di pasar AS. Nanti puncak kenaikannya terjadi pada bulan Mei dan Juli, ketika pasokan kedelai berkurang, sementara kebutuhan meningkat, terutama menjelang bulan puasa.
Aip menjelaskan saat ini, kebutuhan kedelai dalam negeri mencapai 2 juta ton per tahun dan sebanyak 80% di antaranya impor. Para produsen tahu juga sudah mulai mengeluhkan kenaikan harga kedelai ini.
Perkecil ukuran tempe
Wawan Supendi, perajin tahu dan tempe asal Kuningan, Jawa Barat mengatakan, harga kedelai saat ini sudah cukup tinggi. Dia mengaku jika biasanya membeli kedelai dari koperasi dengan harga Rp 7.400 per kg, harga kedelai saat ini sekitar Rp 7.750 per kg. Harga ini relatif lebih rendah dari wilayah lain karena lokasi cukup mudah dijangkau transportasi.
Salah satu cara Wawan mengantisipasi mahalnya harga kedelai ini adalah dengan mengecilkan ukuran tahu dan tempe yang diproduksi. "Kalau kami menaikkan harga, nanti konsumen akan pindah, akhirnya pilihan terbaik adalah mengecilkan ukuran tahu tempe," ujarnya.
Cuma, Srie Agustina, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag) membantah jika harga kedelai impor naik. Sebab, yang naik adalah harga kedelai lokal.
Menurutnya, harga kedelai tidak akan naik tinggi karena meski nilai tukar rupiah melemah, harga kedelai dunia masih pada level rendah. "Perajin tahu tempe tak membeli kedelai di pasar tradisional, melainkan lewat distributor dan koperasi pada harga Rp 8.000 per kg," katanya.
Pemerintah memproyeksikan kebutuhan kedelai secara nasional sepanjang tahun 2015 mencapai 2,5 juta ton hingga 2,6 juta ton. Sementara produksi kedelai nasional diprediksi maksimal hanya 1,2 juta ton dan sisanya akan dipenuhi lewat impor.
Pemerintah sendiri telah mencanangkan program swasembada kedelai dalam waktu tiga tahun ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News