Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pesimistis proyek pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) komoditas nikel di Bantaeng, Sulawesi Selatan dapat direalisasikan.
Pasalnya, pemerintah meragukan keseriusan investor sekaligus tidak dapat memastikan ketersediaan pasokan bahan baku bijih nikel untuk kebutuhan smelter tersebut.
"Kami tidak tahu siapa yang akan bangun smelter. Idealnya kan kami harus tahu, berapa kapasitas smelter dan berapa mereka butuh berapa besar," kata Sukhyar, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM di kantornya, Selasa (10/3) malam.
Alhasil, Kementerian ESDM tidak memasukkan daftar perusahaan di Bantaeng sebagai smelter yang dapat beroperasi pada 2016 mendatang. Walaupun di kawasan tersebut sedang berjalan pembangunan delapan smelter nikel.
Sukhyar bilang, hingga akhir tahun depan akan ada 15 perusahaan yang diproyeksikan sudah mengoperasikan smelter komoditas nikel. Adapun produk akhir berupa nickel pig iron (NPI), ferronickel, nikel matte, serta logam nikel murni.
Sekarang ini smelter yang sudah beroperasi yaitu PT Aneka Tambang Tbk, PT Vale Indonesia Tbk, PT Indoferro, dan PT Cahaya Metal Modern Industri.
Sedangkan yang direncanakan mulai berproduksi pada 2015 ini yaitu PT Sambas Mineral Mining, PT Macika Mineral Industri, dan PT Karyatama Konawe Utara, PT Bintang Delapan Mineral, PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, dan PT Gebe Sentra Nikel.
Sedangkan, pada 2016 mendatang ada tambahan lima perusahaan lagi yang akan mengoperasikan smelter. Yakni PT PAM Metalindo, PT Jilin Metal Indonesia, PT Putra Mekongga Sejahtera, PT Ang & Fang Brother, serta PT Bima Cakra Perkasa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News