Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang sudah menembus angka Rp 13.000 per dollar membuat para produsen tahu dan tempe dalam negeri was-was. Pasalnya, mereka menggunakan bahan baku kedelai impor. Bila penguatan dollar terus berlanjut, harga kedelai impor dipastikan akan ikut terkerek dan berimbas pada harga tahu dan tempe.
Pengurus Koperasi Penjualan Kedelai dan produsen tahu tempe asal Kuningan, Wawan Supendi mengatakan khawatir akan melemahnya mata uang rupiah terhadap mata uang dollar AS. Sebab selama ini, para perajin tahu dan tempe masih sangat tergantung pada kedelai asal AS. Dengan melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar, otomatis harga kedelai impor akan meningkat dan membuat produsen tahu dan tempe kewalahan.
Saat ini, harga kedelai berada di kisaran Rp 7.400 per kilogram (kg) hingga Rp 7.500 per kg. "Dengan mahalnya dollar, kami khawatir harga kedelai naik dan tidak baik bagi kami yang menggunakan bahan baku kedelai impor," ujar Wawan, Selasa (10/3).
Ia mengatakan, produsen tahu dan tempe sudah trauma atas kenaikan harga kedelai yang sempat menyentuh angkat di atas Rp 9.5000 per kg beberapa tahun lalu. Wawan meminta agar pemerintah turun tangan menekan pelemahan mata uang dollar sehingga harga-harga produk impor tidak terlalu mahal dan produsen tahu dan tempe dapat melanjutkan usaha mereka tanpa harus menaikkan harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News