Reporter: Agung Hidayat, Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dian Pertiwi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri air minum dalam kemasan (AMDK) siap menadah berkah pesta demokrasi, yakni pemilu legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden pada tahun 2019. Maklumlah, di tahun politik akan banyak agenda konsolidasi massa sehingga berpotensi mendongkrak permintaan AMDK.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin), Rachmat Hidayat, tak menyangsikan jika permintaan air minum dalam kemasan akan melonjak selama penyelenggaraan pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Alhasil, kondisi ini akan mendorong pertumbuhan industri AMDK. "Kami mengharapkan ada perputaran uang di tingkat masyarakat untuk barang konsumsi, khususnya AMDK. Apalagi kondisi itu bakal menyerap massa besar dengan waktu yang cukup lama," kata dia kepada KONTAN, Rabu (14/11).
Hidayat menjelaskan, momentum 2019 bisa menjadi titik balik bagi bisnis minuman, setelah sebelumnya pada tahun lalu secara keseluruhan industri minuman mengalami pelambatan.
Adapun khusus bisnis AMDK tetap mengalami pertumbuhan dari sisi volume, setidaknya sebesar 8%–9%. "Selain booster kampanye, juga diteruskan momentum Ramadhan dan Lebaran di tahun depan," kata Rachmat.
Aspadin memproyeksikan, apabila kondisi ekonomi dan regulasi kondusif, maka kemungkinan bisnis air dalam kemasan bisa tumbuh dua digit pada tahun depan.
Saat ini, kata Rachmat, pengusahaan air minum tengah mewaspadai bila regulasi seperti Rancangan Undang-Undang Sumber Daya Air (SDA) yang tengah digodok di parlemen tidak aspiratif dan mengganggu perkembangan industri AMDK.
Dari sisi kompetisi, sektor bisnis AMDK memang semakin ketat karena mulai banyak bermunculan pemain baru. Rachmat yang juga menjabat Government Relations Director PT Tirta Investama, produsen brand Aqua ini berujar, semakin banyak pemain malah memperbesar kue bisnis pada produk ini. "Konsumen baru yang sebelumnya tidak mengkonsumsi jadi turut membeli AMDK, walau tidak menutup kemungkinan market share beberapa pemain lainnya mengecil," terang dia.
Kini, kapasitas produksi nasional AMDK diperkirakan meningkat menjadi 29 miliar liter per tahun. Sedangkan Tirta Investama merupakan market leader AMDK, di mana salah satu pabriknya di Pasuruan berkapasitas produksi 79 juta galon per tahun.
Dari sisi investasi, kata Rachmat, sebenarnya industri AMDK masih dipandang seksi bagi investor karena Indonesia mempunyai populasi penduduk besar dan pasar yang unik. Terlebih, pemain lokal sangat menguasai bisnis ini. "Hampir dapat dipastikan 90% lebih dari investasi AMDK di Indonesia berasal dari domestik," sebut dia.
Persaingan sengit
Memang, industri AMDK merupakan salah satu sektor yang banyak dilirik investor, baik lokal maupun asing. Pemain lama pun getol berekspansi mengingat permintaan yang terus meningkat. Misalnya, PT Sariguna Primatirta Tbk, produsen air minum kemasan bermerek Cleo.
Cleo akan mengoptimalkan pembangunan jaringan distribusi hingga menambah kapasitas produksi di berbagai kota besar di Indonesia. "Kami optimistis dengan target omzet Rp 1 triliun pada tahun ini," ujat Sekretaris Perusahaan PT Sariguna Primatirta Tbk, Lukas Setio Wongso.
Pada tahun ini, Sariguna berencana menambah jaringan distribusi internal dan eksternal, masing-masing menjadi 100 distributor dan 71 distributor. Selain itu, Cleo berinvestasi memperkuat transportasi pengiriman ke distributor.
Tak cuma itu, Cleo bakal investasi beberapa lahan untuk pengembangan pabrik baru dengan menambah 60 unit truk. Perusahaan ini juga tengah memperluas pabrik di Pandaan, Pasuruan.
Setali tiga uang, pemegang merek Le Minerale, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) juga melakukan inovasi dengan pertimbangan riset pasar terlebih dahulu.
Febri Hutama, Marketing Manager RTD Coffee & Water PT Mayora Indah Tbk mengatakan, misalnya, berniat mengeluarkan varian galon. Namun manajemen akan melakukan penelitian terlebih dulu apakah varian ini dapat diterima dengan baik oleh pasar.
Saat ini, Le Minerale mencoba fokus dengan varian produk berukuran 330 mililiter (ml), 600 ml dan 1,5 liter. "Le Minerale ukuran 600 ml masih mendominasi penjualan," klaim Febri.
Sayang, manajemen MYOR enggan merinci besaran porsi penjualan AMDK ukuran tersebut. Manajemen Mayora Indah juga tidak menampik adanya persaingan yang sengit di industri AMDK karena pemainnya terus bertambah.
Untuk dapat bertahan di pasar, perusahaan ini juga aktif menggelar kampanye melalui event-event kesehatan. Manajemen MYOR mengharapkan cara itu dapat meningkatkan brand awareness kepada calon konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News