kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tak surut karena pandemi, Medco (MEDC) tetap gencar ekspansi sektor energi


Minggu, 20 Desember 2020 / 22:19 WIB
Tak surut karena pandemi, Medco (MEDC) tetap gencar ekspansi sektor energi
ILUSTRASI. MedcoEnergii. DOK MEDCO


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 tak menyurutkan langkah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) untuk gencar melakukan ekspansi. Sejumlah strategi telah MEDC siapkan dalam mengembangkan bisnisnya di industri minyak dan gas bumi (migas), pertambangan, hingga transisi energi melalui ketenagalistrikan.

Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro menerangkan, di bisnis migas, peluang untuk ekspansi masih sangat potensial. Hal itu ditandai dengan permintaan migas yang masih tinggi dan prospeknya yang tetap bertumbuh, terutama untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

"Oleh karena itu lah peran perusahaan migas masih sangat diperlukan. Di migas, kita masih tetap akan agresif untuk melakukan ekspansi, baik akusisi maupun eksplorasi," ujar Hilmi dalam media gathering yang digelar secara daring, Selasa (8/12).

Meski begitu, Hilmi tak menutup mata bahwa kondisi industri migas pada tahun 2021 bisa jadi masih tetap menantang seperti tahun ini. Oleh sebab itu, MEDC akan terus menjaga struktur biaya yang efisien. Sehingga, bisnis akan tetap kompetitif dan mencetak margin positif.

Misalkan nanti kondisi 2021 belum kondusif, sambung Hilmi, pihaknya tetap akan mengejar akuisisi jika aset yang dibidik memiliki harga yang menarik dan mampu memperkuat struktur modal MEDC. "Jadi di satu sisi kita menjaga biaya, disiplin capex, tapi kemampuan untuk ekspansi tidak kita rem. Selama opportunity dan aset itu bisa memberikan nilai tambah bagi Medco secara keseluruhan," ujarnya.

Meski masih menjadi tumpuan utama, namun pengembangan bisnis MEDC tak hanya sebatas di komoditas migas. Di sektor pertambangan mineral, MEDC secara optimal mengembangkan tambang tembaga dan emas.

Lewat PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), Hilmi menyampaikan bahwa MEDC menjadi pemain tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia. Kata Hilmi, AMNT akan terus dikembangkan menjadi produsen tembaga yang efisien dan terintegrasi kelas dunia.

"Dengan operasi di fase 7 sekarang, dan berikutnya akan kita develop di masa mendatang, diharapkan kita masih akan tetap menjadi salah satu produsen kunci untuk emas maupun copper di Indonesia maupun secara internasional," terang Hilmi.

Apalagi, saat ini kinerja AMNT pun terpoles dengan naiknya harga tembaga dan emas. Produksi di fase 7 pun mulai meningkat sejak April 2020. Hilmi memproyeksikan produksinya akan terus menanjak pada tahun 2022. "InsyaAllah akhir 2022, 2023 dan 2024 kita akan mencapai peak-nya. Pada saat itu lah kami harapkan bisa meraih buah dari pengembangan fase 7. Dan akan diteruskan dengan pengembangan berikutnya," imbuhnya.

Selanjutnya, AMNT pun akan mengembangkan berbagai sumber daya dan prospek, termasuk deposit tembaga dan emas di porfiri Elang. Hilmi meyakini, kinerja AMNT akan cerah seiring dengan permintaan jangka panjang untuk tembaga yang didorong oleh transisi energi dan elektrifikasi.

Lalu, berkaitan dengan transisi energi dan elektrifikasi, MEDC telah menyiapkan PT Medco Power Indonesia (MPI) untuk menggenjot transisi ke energi bersih. Ke depan, kata Hilmi, energi yang sampai kepada konsumen akan banyak dalam bentuk listrik, termasuk untuk kendaraan pribadi dan transportasi publik. 

"Listrik ini adalah energi masa depan. Kita harus make sure, bauran renewable lebih besar. Walaupun itu akan berjalan secara bertahap. Kita fokuskan Medco Power ini di clean energy," imbuhnya.

Lebih lanjut, Direktur Utama PT Medco Power Indonesia, Eka Satria, membeberkan empat pilar bisnis MPI, yakni gas to power, geothermal, renewables dan jasa operasi dan pemeliharaan (O&M). Untuk mendorong transisi energi, MPI akan mengusung dekarbonisasi, gas sebagai transisi, elektrifikasi, penyimpanan energi (storage), digitalisasi dan desentralisasi.

Saat ini MPI mengelola dan mengoperasikan sekitar 3.800 Megawatt (MW) baik sebagai pembangkit IPP maupun O&M. Eka optimistis peningkatan kapasitas menjadi 5.000 MW dalam lima tahun ke depan bisa terwujud, seiring dengan gencarnya MPI dalam menggarap pembangkit berbasis EBT. 

MPI pun akan fokus mengembangkan enam jenis energi bersih. Yakni gas/LNG to power, panas bumi, energi surya, energi hydro dan mini hydro, energi angin, hingga masuk ke eksosistem kendaraan listrik alias Electric Vehicle (EV) Ecosystem. "Pilar ekonomi dan kehidupan adalah listrik. Kami percaya setelah covid-19 berakhir, pertumbuhan listrik akan kembali naik dan permintaan ke depan akan bersifat clean. Kami berfokus di portofolio energi bersih dan terbarukan," kata Eka.

MPI juga fokus terhadap transisi energi dengan pengembangan listrik berbasis LNG/gas. Menurut Eka, gas merupakan energi bersih yang memegang peranan penting bagi transisi listrik berbasis energi fosil menjadi energi terbarukan.

MPI pun telah menggandeng Kansai Electric Power dalam pengembangan pembangkit berbasis gas serta untuk jasa O&M.  Saat ini ada sejumlah pembangkit berbasis gas yang digarap MPI, serta beberapa proyek yang tengah dijajaki. "Ada beberapa proyek yang saat ini kami sedang studi. Kalau sukses, Kami akan punya value chain untuk LNG to power di Indonesia tengah dan timur," imbuh Eka.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×