Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menyambut baik strategi gas to power yang digencarkan oleh Medco. Menurutnya, gas memang tepat untuk dijadikan sebagai sumber utama di dalam transisi energi.
Pri menegaskan, transisi energi perlu dimaknai dalam konteks memberikan ruang yang lebih banyak bagi energi baru dan terbarukan (EBT) untuk berperan dalam bauran energi, guna saling melengkapi bersama energi fosil yang sampai saat ini masih mendominasi.
"Permintaan kebutuhan energi ke depan tidak akan cukup hanya dipenuhi dari energi fosil saja, juga EBT saja. Jadi di situ konteksnya transisi. Strategi Medco gas to power di Indonesia, menurut saya tepat," kata Pri.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno juga mengamini hal tersebut. Menurutnya, pemanfaatan gas sebagai motor transisi energi bisa semakin gencar lantaran Indonesia memiliki potensi yang melimpah. "Tinggal kita bagaimana memanfaatkan sumber yang ada itu dengan membangun infrastruktur gas-nya," kata Eddy ke Kontan.co.id, Minggu (20/12).
Dia pun menyambut positif komitmen transisi ke energi bersih yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dulunya berfokus di sektor energi fosil. Dengan begitu, pemanfaatan potensi EBT Indonesia yang begitu besar bisa semakin terakselerasi, tanpa mengesampingkan pemenuhan energi nasional saat ini.
"Mereka bisa mengkombinasikan pengembangan EBT bersama energi fosil. Kami di Komisi VII tentu akan mendorong itu, karena pasti akan mempercepat proses terbangunnya industri EBT di Indonesia," tegas Eddy.
Kontribusi di Masa Pandemi
Selain dari sisi ekspansi bisnis, Hilmi menegaskan bahwa fokus MEDC ke depan juga melakukan pengembangan dari sisi ESG alias Environment, Social and Governance. Kata Hilmi, ada tiga pilar yang diusung MEDC untuk komitmen keberlanjutan.
Pertama, kepemimpinan dari dan oleh pekerja. Dari segi ini MEDC menginvestasikan US$ 3,5 juta untuk training dan pendidikan kepemimpinan. 31% peran tata kelola pun dijabat oleh wanita. Selain itu, juga komitmen terhadap anti-korupsi, antara lain dengan ISO 37001 certification anti bribery management system.
Kedua, pengembangan sosial dan lingkungan hidup. Di sini, MEDC melakukan pengurangan intensitas emisi sebanyak 19% dalam satu tahun. Selain itu, ada penanam lebih dari 1 juta pohon di sekitar wilayah operasi sejak 2012.
Ketiga, pemberdayaan masyarakat lokal. Dari segi ini, MEDC menginvestasikan sebanyak US$ 3,9 juta dalam program pemberdayaan masyarakat. Juga penyediaan akses sanitasi, air bersih dan listrik untuk masyarakat sekitar wilayah operasi.
Yang pasti, sambung Hilmi, program sosial MEDC terus berjalan selama masa pandemi covid-19. "Kami memfokuskan untuk make sure seluruh human capital dan masyarakat sekitar daerah operasi terjaga keselamatannya," sambungnya.
Dari sisi edukasi dan donasi kepada masyarakat, MEDC pun menggelar program gerakan peduli pendidikan dengan 1.000 gawai dan 100 WiFi untuk mendukung pembelajaran di masa pandemi. "Kami melakukan donasi alat kesehatan, penyuluhan, sekaligus membantu anak-anak di daerah operasi untuk memungkinkan mereka melakukan pendidikan jarak jauh dengan efektif," pungkas Hilmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News