kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Takut Dijewer KLHK Soal Polusi, Ini Cara Pabrik Semen Tekan Produksi Emisi


Rabu, 16 Agustus 2023 / 21:41 WIB
Takut Dijewer KLHK Soal Polusi, Ini Cara Pabrik Semen Tekan Produksi Emisi
ILUSTRASI. Direktur Operasi Semen Indonesia, Reni Wulandari.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BOGOR. Produsen semen pelat merah, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) telah menyiapkan berbagai strategi untuk menekan produksi emisi karbon di pabriknya. Salah satu yang jadi andalan ialah penggunaan bahan bakar alternatif selain batubara.

Direktur Operasi Semen Indonesia Reni Wulandari menyatakan, perusahaan semen sejatinya menjual debu.

"Debu bagi pabrik semen berharga karena itu yang kita jual, kita ingin debu dikantongin dan dijual sebagai semen," jelasnya di Club House Semen Indonesia di Bogor, Rabu (16/8).

Dalam upaya menjaga emisi yang dikeluarkan di setiap aktivitas pabriknya, SMGR memiliki alat khusus yang mengukur produksi emisi secara real time. 

Adapun teknologi continuous emission monitoring systems (CEMS) ini datanya terintegerasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Baca Juga: Semen Indonesia (SMGR) Pakai Bahan Bakar Sampah RDF 76.000 Ton di 2 Anak Usaha

Tentu, emisi tersebut diukur di KLHK dan diverifikasi setiap waktu. Jika emisi yang keluar melebihi ambang batas yang ditetapkan, otomatis pabrik akan diminta menghentikan sementara produksinya.

Dia mengklaim, saat ini emisi yang diproduksi SMGR jauh di bawah nilai ambang batas dalam aturan.

"Kalau melampaui batasannya (emisi) dijewer sama KLHK," ujarnya.

Menurutnya, pelaksanaan keberlanjutan (sustainability) dalam bisnis tidak hanya tantangan, tetapi ada juga peluang yang bisa dimanfaatkan.

Salah satu upaya untuk mengurangi polusi sekaligus mengembangkan bisnis, Semen Indonesia menggunakan teknologi refuse-derived fuel (RDF) di Pabrik Narogong dan Pabrik Cilacap sebagai bahan bakar alternatif selain batubara.

Sebagai informasi, RDF merupakan teknologi pengolahan sampah anorganik melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil.

Baca Juga: PLN Tepis PLTU Biang Kerok Kualitas Udara Jakarta Jadi Buruk

Hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran recovaring batubara.

Reni menjelaskan, upaya ini tidak hanya membantu pemerintah dalam menangani pengelolaan sampah, tetapi juga memberikan manfaat kepada perusahaan dan lingkungan dengan menyediakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

Fraksi limbah yang diolah di RDF cukup beragam, mulai dari limbah industri seperti plastik, kertas, kayu, kain, hingga karet.

Adapun sampah yang dibakar dalam tungku sepanas 1.800 derajat Celcius ini, otomatis tidak bersisa karena sudah terbakar sempurna.

Di sisi lain, bahan baku semen seperti batu kapur bersifat menyerap emisi gas sehingga emisi yang dibuang jadi jauh lebih berkurang.

Sedangkan komponen anorganik lain seperti abu, akan bereaksi pada bahan baku dan terikat pada produk semen sehingga tidak ada lagi residu.

"Pabrik semen sudah mengupgrade diri menjadi lebih ramah lingkungan dengan menggunakan bahan bakar alternatif. Ini menjadi salah satu inisiatif hijau SMGR," terangnya.

Baca Juga: SIG Tingkatkan Penggunaan Biomassa Sebagai Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Dalam catatan Kontan.co.id, total pemanfaatan RDF di kedua pabrik SMGR ini telah mencapai 76.000 ton sejak tahun 2020 hingga 2022.

Sampah tersebut diperoleh dari Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, RDF Plant Jeruklegi Cilacap, dan TPST Wangon Banyumas.

Fasilitas RDF Cilacap, yang diresmikan pada 21 Juli 2020 oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, mampu mengolah 160 ton sampah per hari, menghasilkan sekitar 70 ton RDF per hari.

Kontribusi penggunaan sampah sebagai bahan bakar oleh SMCB ini berpotensi menggantikan penggunaan 40 ton batu bara per hari, sehingga mengurangi emisi karbon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×