kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tambak AWS ditutup, produksi udang nasional terguncang


Kamis, 05 Mei 2011 / 21:57 WIB
Tambak AWS ditutup, produksi udang nasional terguncang
ILUSTRASI. Beralih fungsi menjadi masjid, Hagia Sophia gelar salat Jumat perdannya hari ini, 24 Juli 2020. Dok: Turkish Presidency.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kebijakan PT Aruna Wijaya Sakti (AWS) menghentikan sementara tambak udang eks Dipasena, Lampung berpotensi menurunkan produksi udang nasional. Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Iwan Sutanto mengatakan, penutupan itu bakal menurunkan produksi udang nasional minimal sebanyak 20.000 ton. Itu artinya, jika target udang nasional tahun ini dipatok sebanyak 400.000 ton, maka realisasi produksi nasional paling banter mencapai 380.000 ton.

Iwan menyayangkan penghentian tambak udang eks Dipasena itu. Menurutnya, kebijakan itu tidak saja mengoreksi produksi nasional di tahun ini, tapi akan berefek panjang pada produksi di tahun-tahun berikutnya. Menurutnya, penghentian itu walaupun hanya beberapa bulan akan membuat tambak dipenuhi belukar. Nah, jika dikemudian hari, tambak itu akan dioperasikan kembali, investasi yang dibutuhkan akan sangat besar. "Nantinya pasti akan berat, karena biaya pembersihan tambak akan sangat besar," kata Iwan kepada KONTAN, Kamis (5/5),

Penghentian ini juga akan berimbas pada kinerja ekspor udang di tahun ini. Tahun ini, volume ekspor udang nasional ditargetkan sebanyak 150.000 ton-200.000 ton. "Otomatis, penghentian itu akan menghambat kinerja ekspor nasional," tutur Iwan.

Ketua Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) Bumi Dipasena, Nafian Faiz menambahkan penghentian ini pasti membuat produksi udang dari tambak eks Dipasena berhenti total. Saat ini, luas tambak eks Dipasena itu mencapai 16.000 hektare (ha) dengan produksi rata-rata sekitar 4 ton/ha/sekali panen. Dalam setahun, petambak di sana rata-rata bisa memanen 2-3 kali. "Penghentian ini membuat semua lahan menganggur," ujarnya.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Ketut Sugama, mengakui penghentian itu memang akan menggerus produksi nasional sekitar 10.000 ton-20.000 ton. Menurutnya, kontribusi produksi tambak eks Dipasena sebenarnya lebih tinggi dari itu. Pada periode 2003-2005, tambak eks Dipasena bisa memproduksi 80.000 ton udang per tahun. Namun, akibat kisruh antara PT AWS dan petambak yang tak kunjung usai, produksi di sana dalam dua tahun terakhir tergerus ke angka 10.000 ton-20.000 ton. Efeknya, produksi udang nasional dalam dua tahun terakhir gagal mencapai target.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×