Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Saat ini, usia tambang milik PT Kitadin di Tandung Mayang -anak usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk- telah berakhir masa operasinya. Terkait hal tersebut, perseroan masih mencari potensi tambang baru.
Menurut Direktur Keuangan ITMG Edward Manurung, proses penutupan di Tandung Mayang, Bontang, Kalimantan Timur sudah dimulai dan tengah memasuki tahap rehabilitasi lahan bekas tambang. Perusahaan juga menggelar kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitarnya.
Dengan berkurangnya satu tambang, perseroan menargetkan produksi tahun ini hanya sebesar 26,9 juta ton. Target ini lebih rendah dari realisasi tahun lalu sekitar 28,5 juta ton. Sementara, target penjualan tahun ini menjadi 28,5 juta ton atau naik 0,3% dari tahun lalu yaitu 28,2 juta ton.
Edward menambahkan, porsi penjualan tahun ini masih lebih besar untuk ekspor yaitu 87%, sedangkan sisanya ditujukan untuk domestik.
"Tahun ini, kami akan menyasar pasar ekspor India, Jepang, China, Thailand, dan negara-negara si Asia Timur dan Tenggara," kata Edward kepada KONTAN pada Jumat (4/3).
Tahun ini juga, ITMG menganggarkan belanja modal atau capex US$ 38,4 juta. Capex tersebut termasuk yang di-carry over tahun lalu. Asal tahu saja, tahun lalu perseroan telah merealisasikan belanja modal sebesar US$ 22,9 juta dari US$ 64,4 juta.
Belanja modal tersebut akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur, peralatan, dan mesin-mesin di tambang milik perseroan.
Saat ini, ITMG masih memiliki beberapa tambang dari beberapa anak usahanya yaitu PT Indominco Mandiri, PT Bharinto Ekatama, PT Jorong Barutama Greston, PT Trubaindo Coal Mining, dan PT Kitadin Embalut.
Konsesi tambang milik Kitadin Embalut akan berakhir di 2018 mendatang. Sementara yang terlama adalah tambang PT Bharinto Ekatama yaitu pada 2041.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News