kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.171.000   -3.000   -0,14%
  • USD/IDR 16.770   45,00   0,27%
  • IDX 8.041   -85,89   -1,06%
  • KOMPAS100 1.115   -15,24   -1,35%
  • LQ45 796   -13,08   -1,62%
  • ISSI 280   -3,76   -1,33%
  • IDX30 418   -6,67   -1,57%
  • IDXHIDIV20 480   -5,99   -1,23%
  • IDX80 122   -1,69   -1,37%
  • IDXV30 134   0,38   0,28%
  • IDXQ30 132   -1,76   -1,31%

Tambang Nikel Ancam Sektor Pariwisata dan Ekonomi Raja Ampat


Kamis, 25 September 2025 / 20:01 WIB
Tambang Nikel Ancam Sektor Pariwisata dan Ekonomi Raja Ampat
ILUSTRASI. Wisatawan berfoto di puncak Piaynemo Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Minggu (8/6/2025). Menurut Kadis Pariwisata Pemuda dan Olahraga Provinsi Papua Barat Daya Yusdi Lamatenggo, Piaynemo yang merupakan spot pariwisata unggulan Raja Ampat dan menyuguhkan pemandangan gugusan pulau serta laut yang biru tersebut dipastikan tidak terdampak terhadap penambangan nikel di Pulau Gag. ANTARA FOTO/Olha Mulalinda/YU


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Auriga Nusantara menilai aktivitas tambang nikel di Raja Ampat tidak hanya merusak ekosistem laut, tetapi juga mengancam status geopark dan sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah.

Peneliti Direktorat Tambang dan Energi Auriga Nusantara, Ki Bagus Hadikusumo mengungkapkan pada 2023 lebih dari 19.000 wisatawan berkunjung ke Raja Ampat. Namun saat ini pengunjung mulai berkurang drastis.

“Banyak ditemukan pemutihan-pemutihan di sejumlah spot diving populer karena sedimen tambang. Kalau karena suhu air naik, pemutihan biasanya merata. Tapi kalau akibat tambang, dimulai dari pinggir karang lalu mati ke arah tengah,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (25/9/2025).

Ki Bagus menambahkan, dari Juni hingga September 2025, sejumlah homestay dan guesthouse tidak menerima tamu sama sekali. Bahkan, kedatangan tim Auriga menjadi tamu pertama setelah pencabutan izin tambang pada Juni 2025.

Baca Juga: Ekowisata vs Tambang: Auriga Ingatkan Potensi Rp 540 Triliun Raja Ampat Terancam

“Setidaknya ada tiga guesthouse yang menyebutkan kami adalah tamu pertama sejak izin tambang dicabut. Dampaknya sangat terasa bagi masyarakat yang hidup dari pariwisata,” ujarnya.

Peneliti Auriga lainnya, Farid, menekankan pentingnya menghitung ulang nilai ekonomi jangka panjang sektor non-tambang. Menurut perhitungan 2018, hingga 2030 ekonomi Raja Ampat bisa mencapai Rp 540 triliun.

“Hitungan itu dibuat 2018, artinya kalau dihitung ulang sekarang pasti lebih tinggi. Potensi ini jangka panjang dan harus diperhitungkan,” katanya.

Baca Juga: Selain Rusak Alam, Perusahaan Tambang Nikel di Raja Ampat Diduga Langgar Aturan Ini

Farid menambahkan, model ekonomi ekstraktif seperti tambang justru memperburuk triple planetary crisis yang disebut PBB, yakni krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pencemaran.

“Kalau ekonomi hanya bergantung pada tambang, yang lahir bukan kesejahteraan, tapi kerusakan jangka panjang,” tegasnya.

Auriga mendorong pemerintah mengalihkan pembangunan ke sektor berkelanjutan seperti ekowisata, konservasi, dan perikanan lestari yang dinilai lebih menjamin kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga posisi Raja Ampat sebagai ikon konservasi laut dunia.

Baca Juga: Auriga Desak Pemerintah Cabut Seluruh Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Selanjutnya: Transisi Energi Indonesia Berkembang Pesat, Adopsi Energi Hijau RI Sampai 40%

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Besok Jumat 26 September 2025, Banyak Tantangan!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×