kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Target ekspor kepiting pada 2011 hanya naik 10%


Selasa, 11 Januari 2011 / 17:30 WIB
Target ekspor kepiting pada 2011 hanya naik 10%


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Peningkatan ekspor kepiting tahun ini sepertinya tidak akan terlalu tinggi. Saut Hutagalung, Direktur Pemasaran Luar Negeri KKP bilang, pihaknya hanya menargetkan kenaikan ekspor kepiting sebesar 10%.

Produk yang satu ini memang kerap berfluktuatif dari tahun ke tahun. Tahun 2008 misalnya, ekspor kepiting sebanyak 20.713 ton dengan nilai sekitar US$ 214 juta. Angka ini kemudian turun 9,84% di tahun 2009 menjadi 18.673 ton dengan nilai US$ 176 juta.

Pada tahun 2010 angka ini naik kembali 12,46% menjadi sekitar 21.000 ton dengan nilai sekitar US$209 juta. "Karena cukup fluktuatif, maka kami hanya targetkan naik 10% saja," kata Saut kepada KONTAN, Selasa (11/1).

Target yang minim itu disebabkan oleh misi pemerintah yang lebih menitikberatkan pada aspek keberlangsungan dan konservasi kepiting di tahun-tahun berikutnya. Selama ini, pembudidayaan kepiting masih tergantung pada alam, sehingga pemerintah tidak dapat memprediksi jumlah kepiting setiap tahunnya.

Populasi kepiting juga seringkali fluktuatif dan menurun dari tahun ke tahun. Akibatnya, KKP tidak akan menggenjot produksi maupun ekspor produk ini secara besar-besaran setiap tahunnya. "Ya bertahap saja agar tidak habis dalam waktu dekat," tandas Saut.

Ketut Sugama, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP menambahkan, pihaknya belum bisa menggenjot produksi kepiting karena masih tergantung pada alam. Perbenihan kepiting juga masih terbatas yaitu hanya di daerah Takalar, Sulawesi Selatan.

Di sana pun jumlah benih yang diproduksi dari memiliki tren yang menurun. Ketut bilang untuk membudidayakan kepiting memang cukup sulit, karena benihnya sangat sensitif. "Terkena bakteri sedikit saja langsung mati," tandas Ketut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×