kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Target Transisi Energi Indonesia Dorong Lonjakan Permintaan Perak, Ini Alasannya


Senin, 06 Oktober 2025 / 14:52 WIB
Target Transisi Energi Indonesia Dorong Lonjakan Permintaan Perak, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Silver bars of various sizes lie in a safe on a table at the precious metal dealer Pro Aurum, Germany. Target Indonesia menuju NZE pada 2060 dan peralihan penggunaan EBT ternyata berdampak pada peningkatan permintaan perak.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Target Indonesia menuju Net Zero Emmision (NZE) pada 2060 dan peralihan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) ternyata berdampak pada peningkatan permintaan perak.

Dalam roadmap menuju NZE, pemerintah tengah mempercepat pengembangan panel surya dan kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Kebijakan ini membuat Indonesia tidak hanya menjadi pasar teknologi hijau, tetapi juga pemain penting dalam rantai pasok komoditas penunjang energi bersih.

“Panel surya dan mobil listrik adalah katalis besar bagi kenaikan permintaan perak dunia. Rata-rata 1 GW panel surya menyerap 10-ton perak, sementara satu unit kendaraan listrik mengandung 25–50-gram perak. Ketika adopsi dua teknologi ini terus meningkat, pasar perak global akan menghadapi tekanan permintaan struktural yang signifikan,” ujar Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Senin (6/10/2025).

Baca Juga: Setelah Kangaroo Bond, Pemerintah Siapkan Penerbitan Dimsum Bond pada Kuartal IV-2025

Menurut data global, kapasitas instalasi panel surya telah mencapai lebih dari 550 GW per tahun. Dengan kebutuhan rata-rata 10-ton perak per GW, konsumsi perak dari sektor surya saja dapat mencapai 5.500 ton per tahun.

Ditambah penjualan EV global yang sudah menembus 20 juta unit per tahun, kebutuhan perak dari sektor otomotif dapat menyumbang tambahan 500–1.000 ton per tahun.

Tekanan ini diperparah oleh kondisi pasokan yang stagnan. Contohnya Meksiko, produsen perak terbesar dunia, dilaporkan menghadapi keterbatasan cadangan dan penurunan produksi dua digit dalam satu dekade terakhir.

Ketika permintaan terus meningkat sementara suplai menipis, harga perak berpotensi mengalami tren naik struktural dalam lima tahun ke depan.

“Selain fungsi tradisionalnya sebagai aset lindung nilai saat krisis, kini perak mendapat dorongan baru dari sektor teknologi hijau. Kombinasi ini bisa menciptakan siklus kenaikan harga jangka panjang. Investor perlu jeli melihat peluang diversifikasi portofolio melalui instrumen berbasis logam mulia,” tutup Brahmantya.

Baca Juga: Autopedia (ASLC) Berencana Buka Dua Showroom Baru Caroline.id pada Akhir 2025

Selanjutnya: Apa Itu Program Magang Pemerintah untuk Lulusan Fresh Graduate?

Menarik Dibaca: Jadi Minuman Favorit, Ini 7 Manfaat Minum Matcha Setiap Hari untuk Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×