Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan tarif resiprokal dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mulai berdampak terhadap industri udang nasional.
Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI), Andi Tamsil, mengungkapkan bahwa sejak diumumkannya kebijakan tersebut, penjualan udang mengalami penurunan sekitar 20-30%.
“Kami mencatat, sebelum adanya penundaan 90 hari, banyak petambak dan eksportir menghadapi ketidakpastian harga. Bahkan ada yang menurunkan harga pembelian dari Rp68.000 menjadi sekitar Rp52.000 per kilogram,” ungkap Andi Tamsil saat dikonfirmasi KONTAN, Jumat (11/4).
Menurut Andi, dampak kebijakan ini sangat terasa karena sekitar 70% ekspor udang Indonesia selama ini ditujukan ke pasar Amerika Serikat. Sementara 90% produksi udang nasional memang ditujukan untuk ekspor. Sisanya tersebar ke pasar lokal, Tiongkok, Eropa, dan negara-negara lain.
Baca Juga: Imbas Tarif Impor AS, Shrimp Club Indonesia: Petambak Terancam
Ia menambahkan, jika tarif resiprokal sebesar 32% benar-benar diberlakukan, ditambah dengan 3,9% tarif anti-dumping lama, maka total beban pajak menjadi hampir 36%.
Akademisi dari dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UMI Makassar itu juga khawatir bahwa kebijakan trump berpotensi memukul sektor budidaya udang dalam negeri secara telak.
“Kalau itu terjadi, eksportir akan menekan harga beli dari petambak. Dan margin yang selama ini sudah tipis bisa hilang. Jangankan 30%, turun 15% saja, petambak sudah megap-megap,” jelasnya.
SCI sendiri sudah sejak awal mengantisipasi hal ini dengan menjalin komunikasi intensif, baik dengan mitra bisnis, pelaku pembenihan, eksportir, hingga pemerintah.
Mereka juga telah memberikan bahan untuk negosiasi kepada pemerintah Indonesia, termasuk fakta bahwa sebagian komponen produksi udang Indonesia diimpor dari Amerika seperti indukan udang, tepung jagung, dan pakan kril.
“Indukan udang yang kita pakai di Indonesia itu hampir semuanya dari Amerika. Sekitar 120 ribu ekor per tahun. Harganya 60 dolar per ekor. Belum termasuk pakan dan bahan baku lain yang juga diimpor dari sana,” jelas Andi.
Menurutnya, fakta-fakta tersebut bisa menjadi landasan negosiasi pemerintah dengan AS, agar tarif tidak diberlakukan atau setidaknya diturunkan.
Ia juga menekankan pentingnya mempertahankan pasar Amerika karena menemukan pasar pengganti tidak semudah membalikkan telapak tangan.
“Standar Amerika itu sangat spesifik dan kita sudah menyesuaikan. Kalau pindah ke negara lain, misalnya China atau Eropa, kita harus adaptasi lagi, dan itu tidak mudah,” ujarnya.
SCI juga mendorong peningkatan konsumsi udang dalam negeri sebagai upaya jangka panjang, sekaligus meluruskan persepsi negatif masyarakat bahwa udang mahal atau tidak sehat.
“Udang itu sehat, kaya protein, dan sebenarnya fleksibel dalam harga. Kita bisa sesuaikan size-nya dengan daya beli masyarakat,” tutupnya.
Baca Juga: Bank Jaga-Jaga Kualitas Kredit Memburuk Akibat Efek Trump
Selanjutnya: 12 Tips Mencegah Kadar Gula Darah Melonjak Naik
Menarik Dibaca: 12 Tips Mencegah Kadar Gula Darah Melonjak Naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News