kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tawarkan berbagai fasilitas, China ajak industri pengolahan udang pindah lokasi


Minggu, 17 Juli 2011 / 14:59 WIB
Tawarkan berbagai fasilitas, China ajak industri pengolahan udang pindah lokasi
ILUSTRASI. Logam mulia emas di gerai Pegadaian Galeri24, Jakarta, Senin (28/9/2020). (KONTAN/Fransiskus Simbolon)


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina, | Editor: Edy Can


JAKARTA. China menggoda industri pengolahan udang lokal untuk pindah ke negeri tersebut. Pemerintah Tembok Raksasa itu menawarkan wilayah khusus bagi perusahaan Indonesia di area industri perikanan terintegrasi bernama South China Aquatic Trade Centre yang berada di Zhanjiang, Provinsi Guangzho.

Di area itu, perusahaan Indonesia bebas membangun pabrik pengolahan udang. Di sana juga sudah terdapat 73 unit penyimpanan udang (cold storage).

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan menuturkan, China juga bakal menjamin ketersediaan bahan baku udang bagi setiap perusahaan. Menurutnya, China siap mengimpor udang dari negara lain seperti Thailand dan Vietnam untuk memasok kebutuhan pabrik pengolahan.

Tawaran ini membuat sejumlah perusahaan Indonesia sudah pindah ke China. "Setahu saya tahun ini sudah ada satu atau dua perusahaan yang siap relokasi ke sana," ungkap Thomas ketika dihubungi KONTAN, akhir pekan lalu.

Thomas khawatir jika kondisi ini dibiarkan maka perusahaan nasional benar-benar hengkang dari Indonesia. Menurutnya, relokasi tersebut sangat merugikan karena berpotensi mengurangi pendapatan negara dan menambah angka pengangguran.

Untuk itu, Thomas berharap pemerintah segera bertindak, terutama menjamin ketersediaan bahan baku udang. Menurutnya, pemerintah harus lebih serius menggarap program revitalisasi tambak agar produksi bisa ditingkatkan.

Namun, jika ternyata masih belum cukup, pemerintah diminta lebih fleksibel dalam memberlakukan larangan impor udang. Thomas bilang, impor udang memang bukan segalanya guna menutupi kebutuhan bahan baku industri. Namun, impor bisa menjadi alternatif ketika produksi nasional tak kunjung meningkat.

Harapan industri seperti itu nampaknya tidak akan terwujud. Pasalnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad mengatakan, pihaknya tidak akan memberikan izin pembukaan impor udang. Pasalnya, produksi udang nasional sudah meningkat kembali setelah diserang virus pada tahun 2009 dan 2010.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi udang nasional sepanjang Semester I-2011 sudah sebanyak 165 ribu ton, atau sekitar 42% dari total target produksi tahun ini yang sebanyak 400 ribu ton. Hal inilah yang membuat pemerintah enggan membuka impor udang. "Selama saya masih menjadi Menteri, jangan harapkan udang impor masuk ke Indonesia," tandas Fadel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×