Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Mandatori pencampuran biodiesel dalam bahan bakar minyak (BBM) menggairahkan industri biodiesel. Tidak mau ketinggalan, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) pun terjun ke bisnis biodiesel.
Anak usaha Sungai Budi Group tersebut mengklaim sudah mengantongi restu dari pemegang saham untuk mengembangkan sayap ekspansinya.
Untuk memproduksi biodiesel, TBLA saat ini sedang membangun pabrik baru di Lampung. Perusahaan menargetkan pabrik beroperasi semester I-2016.
"Kapasitas produksinya 1.050 ton per hari atau 300.000 ton per tahun dengan asumsi 300 hari kerja," jelas Deputi Presiden Direktur TBLA Sudarmo Tasmin kepada KONTAN usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPSLB) di Jakarta, Kamis (3/12).
Nantinya, kata Sudarmo, TBLA akan menjual biodiesel kepada perusahaan yang sudah ditunjuk oleh pemerintah untuk menyalurkan BBM yaitu PT Pertamina (Persero) dan PT AKR Corporindo Tbk. "Kami akak ikut tender untuk periode Mei 2016-Oktober 2016, karena periode November 2015-April 2016 sudah lewat," ujarnya.
Adapun nilai investasi pendirian pabrik sebesar Rp 150 miliar yang seluruhnya bersumber dari kas internal.
Sudarmo menjelaskan lebih lanjut, selain pabrik biodiese, saat ini TBLA sedang menyelesaikan pembangunan dua pabrik yang akan rampung tahun depan. Pertama, pabrik kelapa sawit (PKS) berkapasitas 90 ton crude palm oil (CPO) per hari di Bengkulu. Saat ini perusahaan sudah mengoperasikan lima PKS dengan kapasitas total 525 ton per hari.
Kedua, sugar mill di Lampung berkapasitas 8.000 ton cannes per day (TCD). Sebelumnya, perusahaan sudah punya pabrik gula rafinasi berkapasitas 600 ton per hari.
Ekspansi TBLA bukan hanya di hilir. Perusahaan juga menargetkan luas kebun kelapa sawitnya bertambah 3.000 hektare (ha)-4.000 ha setiap tahun. Sayang, Sudarmo belum bisa menjelaskan realisasi tahun ini setelah ada larangan ekspansi di lahan gambut. "Kita lihat nanti," elaknya.
Saat ini TBLA memiliki landbank kurang lebih seluas 80.000 ha. Seluas 60.000 ha di antaranya sudah tertanam, terdiri dari kebun inti 48.000 ha dan plasma 12.000 ha.
Meski giat melakukan ekspansi, namun TBLA justru memproyeksikan pendapatannya tahun ini menurun menjadi Rp 6 triliun dari pendapatan tahun lalu senilai Rp 6,34 triliun karena harga CPO yang jatuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News