Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat
Selain proyek pembangkit listrik, TOBA menjalankan usaha di bidang pertambangan batubara. Tahun ini, TOBA menargetkan produksi batubara sebesar 4 juta-4,5 juta ton, hampir sama dengan raihan produksi pada 2019 di angka 4,5 juta ton. TOBA memiliki sembilan tambang yang dikelola oleh PT Adimitra Baratama Nusantara, PT Trisensa Mineral Utama dan PT Indomining.
Pada kuartal II-2020, TOBA bisa memproduksi 0,93 juta ton batubara dengan Adimitra Baratama Nusantara sebagai kontributor utama. Dilihat dari penjualan, TOBA menjual batubara ke Tiongkok, India, Malaysia dan Bangladesh atau mencapai 72,4% dari total penjualan. Pada semester II-2020 ini, TOBA akan melakukan diversifikasi penjualan dan memperluas jangkauan pelanggan.
Berdasarkan laporan keuangan, TOBA mencatatkan laba bersih mencapai US$ 29,51 juta atau setara dengan Rp 413,19 miliar (kurs Rp 14.000/US$), per September 2020. Laba bersih tersebut naik 52,42% dari periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 19,36 juta atau sekitar Rp 271 miliar. Pendapatan perusahaan menurun di tengah pandemi Covid-19.
Meski laba naik, pendapatan TOBA justru turun 22% menjadi US$ 275,36 juta atau sekitar Rp 3,86 triliun dari periode September tahun lalu US$ 355,12 juta. Namun, TOBA mampu menekan beban pokok pendapatan menjadi US$ 228,99 juta dari sebelumnya US$ 289,64 juta.
Beban umum dan administrasi juga ditekan menjadi US$ 16,39 juta dari US$ 19,07 juta. Beban penjualan juga ditekan menjadi US$ 407,481 dari sebelumnya US$ 632,825.
Dari sisi pendapatan, kontribusi terbesar TOBA yakni dari penjualan batubara untuk pihak ketiga luar negeri mencapai US$ 156,89 juta, kendati turun dari sebelumnya US$ 229,86 juta.
Selanjutnya: Toba Bara Sejahtera (TOBA) berganti nama menjadi TBS Energi Utama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News