Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Industri pengolahan teh merupakan salah satu industri yang terpukul oleh musim kemarau panjang tahun ini. Hujan yang tak pernah datang sejak awal semester II mengganggu pertumbuhan pucuk daun teh sehingga pasokan bahan baku teh seret. Akibatnya, industri pengolahan teh terpaksa menurunkan kapasitas produksi mereka. Bahkan demi mempertahankan efisiensi produksi, pabrik pengolahan teh terpaksa bekerja secara bergiliran.
Sekretaris Perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Dikdik Kusnadi menceritakan, sejak awal September 2011 lalu, perusahaan telah menurunkan kapasitas produksi mereka. Jika pada kondisi normal mereka bisa menggiling 700 ton pucuk daun teh per hari, sekarang hanya 500 ton per hari.
Karena itu, supaya lebih efisien, tidak semua pabrik terus beroperasi. "Tetapi digabungkan sampai memenuhi skala ekonomi. Kami buat penggilingan bergiliran, misalnya pekan ini pabrik mana saja yang menggiling, pekan depan giliran pabrik lain," jelas Dikdik ketika dihubungi KONTAN, Kamis(20/10).
Selain menerapkan sistem giliran, PTPN VIII juga memperpanjang rentang waktu pemetikan pucuk teh. Tujuannya agar volume pasokan stabil. Pada kondisi normal pemetikan biasa dilakukan per 7 hari. Tapi kini pemetikan hanya setiap 10 -12 hari sekali.
Ketua Umum Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo) Endang Sopari mengatakan, pabrik-pabrik teh dengan skala lebih kecil sudah melakukan konsolidasi produksi sejak dua bulan lalu. Penyebabnya sama, mereka kesulitan mendapatkan bahan baku.
Kondisi di industri teh kecil dan menengah justru lebih parah. Menurut Endang, kalau produksi teh di industri besar seperti PTPN VIII hanya turun sekitar 30%, produksi industri kecil dan menengah bisa merosot sampai 70%. Namun Endang berkata hingga saat ini belum memiliki data pasti mengenai kerugian akibat penurunan kapasitas tersebut.
"Biasanya menggiling 2 hari sekali, sekarang jadinya 3 hari sekali. Ini pun kami sudah memusatkan penggilingan supaya efisien," kata Endang.
Meskipun mengalami kesulitan sampai saat ini, Endang mengaku optimistis para pelaku industri pengolahan teh bisa bertahan. Ia berharap, ketika memasuki musim penghujan pada November ini, produksi pucuk daun teh kembali meningkat.
Tak hanya Endang, Dikdik juga yakin produksi teh bisa bergerak naik mulai awal November mendatang. Soalnya di beberapa titik perkebunan milik PTPN VIII sudah mulai diguyur hujan. "Kami baru dapat kabar seperti di Garut, di Cianjur itu sudah mulai hujan 3 hari ini," ujarnya. Menurut dia, sekitar sepuluh hari ke depan, pucuk teh sudah mulai keluar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News