Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. Ketua Umum Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir berharap Bulog benar-benar turun ke daerah-daerah yang tengah panen, sehingga harga gabah tidak dimainkan oleh para tengkulak.
"Kan Bulog sudah punya HPP (harga pembelian pemerintah) sehingga itu yang menjadi acuan," tandasnya.
Tidak hanya itu, Winarno juga melihat perlunya pemerintah untuk menyediakan mesin pengering gabah untuk menekan kerugian petani padi. Soalnya, pada umumnya petani tidak memiliki alat pengering. Yang punya, pada umumnya adalah perusahaan-perusahaan penggilingan. Dengan adanya mesin pengering tersebut, maka petani bisa menjual gabah dalam kondisi kering giling, bukan kering panen. "Dengan demikian, penurunan harga GKP bisa ditekan," tambahnya.
Usul Winarno cukup beralasan. Pasalnya harga GKP dan GKG pembelian Bulog ditentukan oleh kadar air maupun kotorannya. Kualitas GKP yang baik jika kadar air tidak lebih dari 14% dan kadar kotoran maksimal 3%.
Seperti dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani bulan April kemarin turun sedikit, sebesar 0,94% menjadi Rp 3.343,06 per kg bulan Maret menjadi Rp 3.311,59 per kg. Sementar untuk gabah kering panen (GKP) turun 1,75% dari Rp 2.857,49 per kg bulan Maret menjadi Rp 2.807.40 per kg.
Harga beli gabah di penggilingan juga turun, bahkan lebih tinggi. Menurut data BPS tersebut, harga GKG merosot 1,87% menjadi Rp 3.355,85 per kg dan GKP nya turun 1,89% menjadi Rp. 2.866,98 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News