kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekan impor, pemerintah dorong industri kesehatan jadi tuan rumah di dalam negeri


Minggu, 05 Juli 2020 / 16:33 WIB
Tekan impor, pemerintah dorong industri kesehatan jadi tuan rumah di dalam negeri
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan perakitan akhir mesin ventilator portabel bernama Ventilator Indonesia atau Vent-I di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/5/2020). Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan PTDI bekerja sama untuk memproduksi Ventila


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus mewujudkan industri farmasi dan alat kesehatan agar bisa menjadi sektor yang mandiri di dalam negeri.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa, sektor industri farmasi dan alat kesehatan masuk dalam kategori high demand di tengah masa pandemi Covid-19, maka hal tersebut jadi salah satu potensi.

Kemampuan industri farmasi di Indonesia saat ini ditopang oleh 220 perusahaan. Sebanyak 90% dari perusahaan farmasi tersebut fokus di sektor hilir dalam memproduksi obat-obatan.

Baca Juga: Ada wabah corona, belanja pelayanan umum di tahun 2020 melonjak hingga 218,2%

“Pemerintah terus berupaya untuk menekan impor pengadaan bahan baku khususnya di sektor hulu industri farmasi,” ujar Agus dalam keterangan pers pada Minggu (5/7).

Untuk mengurangi impor bahan baku sekaligus menciptakan kemandirian di sektor farmasi, Agus menambahkan dibutuhkan kerja sama yang erat dengan kementerian dan lembaga lain dalam menghasilkan regulasi dan kebijakan yang dapat menghadirkan ekosistem industri yang kondusif.

“Diharapkan melalui ekosistem industri yang mendukung ini, sektor industri farmasi nasional dapat lebih mandiri, berdaya saing dan memenuhi kebutuhan bahan bakunya dari dalam negeri,” imbuhnya.

Pihaknya disampaikan Agus, berharap melalui kebijakan yang ramah terhadap industri farmasi, maka target untuk mengurangi impor sebesar 35% pada akhir tahun 2022 dapat tercapai, sehingga industri di Indonesia dapat lebih mandiri dalam memenuhi bahan bakunya.

Baca Juga: Begini kronologi mogok kerja 469 karyawan Aice yang berujung PHK versi manajemen

Tak hanya itu, Kemenperin juga berupaya menambahkan industri farmasi dan industri alat kesehatan sebagai sektor pionir baru dalam penerapan industri 4.0, bersama dengan lima sektor prioritas yang telah ditetapkan pada peta jalan 'Making Indonesia 4.0'.

Lantaran dengan kondisi permintaan yang tinggi terhadap kedua sektor tersebut, maka perlu adanya dukungan teknologi modern dan ketersediaan SDM yang kompeten untuk mengembangkannya.

“Indonesia belum memiliki industri alat kesehatan yang secara khusus memproduksi ventilator. Namun tiga bulan sejak pandemi Covid-19, Kemenperin telah mempertemukan pelaku industri dengan akademisi dari berbagai perguruan tinggi untuk bersama-sama memproduksi ventilator,” ungkap Agus.

Baca Juga: IA-CEPA resmi berlaku hari ini, bea masuk ekspor RI ke Australia jadi 0%

Diketahui ventilator hasil produksi perguruan tinggi dan pelaku industri memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 80%. Peningkatan utilisasi dari TKDN terus digenjot, sehingga Indonesia dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan di sektor alat kesehatan.

"Rata-rata TKDN dari alat kesehatan sudah mencapai 25%-90% dan ini harus terus dijaga sehingga produksi alat kesehatan dapat terus mengoptimalkan bahan baku dari dalam negeri,” tutur Agus.

Dari data Kemenperin, pada triwulan I tahun 2020, industri kimia, farmasi dan obat tradisional mampu tumbuh paling gemilang sebesar 5,59%. Kinerja positif ini diraih di tengah dampak pandemi Covid-19. Sebab, industri tersebut merupakan salah satu sektor yang masih memiliki permintaan cukup tinggi di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×