Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) terus berupaya memindahkan pengguna nomor Flexi ke nomor anak usaha Telkomsel, yakni nomor As Telkomsel.
Tercatat, dari 3,5 juta pengguna Flexi, baru 1,4 juta pelanggan yang berimigrasi ke As. "Kami masih membuka kesempatan bagi pelanggan yang ingin bermigrasi," ujar Arif Prabowo, Vice President Public Relation Telekomunikasi Indonesia, kepada KONTAN akhir pekan lalu (4/9).
Namun, manajemen Telkom tidak bisa memastikan apakah angka migrasi itu bisa sepenuhnya terpenuhi hingga 3,5 juta. Sebab, bisa dipastikan dari nomor-nomor tersebut, ada yang sudah tidak dipakai lagi, bahkan kadaluwarsa.
Telkom memang harus melakoni kebijakan tersebut lantaran sebentar lagi teknologi seluler code division multiple access (CDMA) harus beralih ke teknologi global system for mobile communication (GSM). Telkom berencana memakai frekuensi CDMA Flexi di 850 megaheartz (MHz) untuk teknologi GSM penunjang bisnis data.
Sesuai aturan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), jaringan CDMA pada Desember 2015 nanti bakal dihapus. Sayang, manajemen Telkom masih enggan merinci kontribusi pendapatan dari migrasi ini. "Kalau bagi Telkomsel harusnya besar. Tapi kalau ke grup, sepertinya tidak terlalu signifikan. Masih perlu kami cek lagi apakah stagnan atau meningkat seberapa besar," jelas Arif.
Selain fokus pada migrasi tersebut, perseroan ini juga bakal mempertahankan kantong-kantong pendapatan dari luar negeri. Asal tahu saja, Telkom membuka cabang di beberapa kawasan luar negeri, salah satunya Hong Kong.
Salah satu cabang Telkom tersebut menjalankan mobile virtual network operator (MVNO) atau bekerjasama dengan operator negara bersangkutan. Jadi Telkom hanya menyewa jaringan yang sudah ada, dan tetap membuat produk sendiri. Arif bilang, untuk bisnis ini, Telkom mengeluarkan investasi yang mini. Nah dengan investasi ini Telkom ingin menjaring pelanggan warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Hong Kong.
Perusahaan plat merah ini juga sudah membuka cabang serupa di Singapura. Namun, untuk yang ini, sasarannya bukan konsumen ritel melainkan korporasi. "Jadi, kalau ada perusahaan multinasional disana yang ingin membuka pusat data, kami akan masuk dan membantunya," ucapnya.
Nah, kini, Telkom juga melihat potensi sejenis di negara tetangga yang lain yaitu Malaysia. Soalnya, WNI di negeri jiran terbilang banyak baik itu wisatawan atau pun yang berstatus sebagai pekerja.
Menurut Arif, untuk tahap awal, pihaknya memang bakal menjaring pelanggan yang berasal dari Indonesia terlebih dahulu. Bila sudah matang, tidak tertutup kemungkinan perusahaan telekomunikasi terbesar ini bakal menyasar pelanggan dari Singapura dan Asia Tenggara. "Ini untuk rencana jangka panjangnya," kata Arif lebih lanjut.
Pendapatan Telkom dari bisnis luar negeri sekitar Rp 901 miliar di semester I-2015. Ia targetkan pertumbuhan bisnis Telkom masih bisa dobel digit sampai di tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News