Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Rencana PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) untuk membangun hangar perawatan pesawat di Manado batal, lantaran terganjal langkah PT Angkasa Pura (AP) I yang meminta kepemilikan saham mayoritas. Dengan adanya tawaran menarik dari Malaysia, hangar Lion Air bisa berpindah ke Johor Baru.
Presiden Direktur Lion Air, Rusdi Kirana mengatakan tadinya untuk pembangunan hangar itu mereka sudah membeli tanah seluas 12 hektare (ha) di sebelah Bandara Sam Ratulangi Manado. Mereka juga telah melakukan pembebasan tanah dari masyarakat untuk pembangunan jalan raya.
Bahkan peresmian dan peletakan batu pertama juga sudah dilakukan. "Kerugiannya akibat pembatalan itu sekitar Rp 7 miliar," ungkap Rusdi akhir pekan kemarin.
Awalnya Lion Air masuk ke Manado dua tahun lalu karena mengikuti program pemerintah untuk berinvestasi di Indonesia Timur. Mereka akhirnya mendapatkan izin dari Gubernur Sulawesi Utara serta menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan AP I. Sayangnya, belakangan AP I meminta kepemilikan saham 51% hingga Lion Air terpaksa membatalkan rencana pembangunan hangar di sana.
Pembangunan hangar itu rencananya juga diikuti dengan menjadikan Manado sebagai hub penerbangan dari Manado ke Jepang, China, Korea dan Taiwan. Dengan batalnya pembangunan hangar itu, maka Lion Air memindahkan hub ke Singapura.
Pasca pembatalan hangar di Manado, Rusdi mengaku mendapatkan tawaran lahan untuk pembangunan hangar di Johor Baru, Malaysia. Di sana mereka mendapatkan lahan seluas 2,5 hektare (ha) di kawasan ekonomi khusus untuk industri dengan teknologi tinggi. Harga sewa yang ditawarkan senilai US$ 3.600 per bulan. Selanjutnya setelah 10 tahun, lahan itu akan menjadi hak milik Lion Air.
Selain itu, Lion Air juga mendapatkan tawaran lahan di Palangkaraya. Rusdi mengaku masih menjajaki tawaran itu. Namun jika birokrasinya berbelit-belit dan masih kesulitan dalam membangun hanggar, maka Lion Air tidak segan-segan untuk berpindah ke Johor Baru, Malaysia. "Kami sebenarnya tidak ingin ke Malaysia, tapi kalau tidak, pesawat kami siapa yang akan merawat," kata Rusdi.
Sementara itu, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha AP I, Robert Daniel Waloni mengatakan kerjasama pembangunan hangar merupakan program AP I dalam meningkatkan kerjasama dengan maskapai. Mereka juga menawarkan kerjasama yang sama di Makassar yang prasarananya lebih lengkap. "Jadi tidak benar jika kami menghalang-halangi pembangunan hangar mereka," ungkap Robert.
Sementara itu, Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom) Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan sangat menyayangkan jika Lion Air sampai memindahkan investasinya ke Malaysia. Pasalnya, hal itu justru bertolak belakang dengan program pemerintah yang ingin mengundang investor luar masuk ke Indonesia. "Yang jelas, sangat merugikan dari sisi devisa negara," ungkap Bambang.
Bambang mengatakan jika Lion Air masih kesulitan mendapatkan lahan untuk pembangunan hangar, Kementerian Perhubungan siap membantu. Mereka akan menawarkan lokasi di bandara Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Perhubungan asalkan Lion Air tidak memindahkan investasinya ke luar negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News