kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Tergilas cukai, produksi olahan tembakau lesu


Kamis, 22 Desember 2016 / 10:45 WIB
Tergilas cukai, produksi olahan tembakau lesu


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Industri pengolahan tembakau menjadi salah satu sektor industri yang sulit tumbuh tahun ini. Sampai kuartal ketiga 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penurunan produksi rokok sebesar 3,10% ketimbang periode yang sama tahun 2015.

Merujuk keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satu industri rokok yang melaporkan penurunan kinerja di kuartal III 2016 adalah PT Wismilak Inti Makmur Tbk. Penjualan emiten berkode saham WIIM itu melorot 4,4% menjadi Rp 1,29 triliun.

Meski realisasi penjualan tersebut bukan cerminan langsung dari produksi, namun Suryanto Yasaputra, Direktur Pemasaran PT Wismilak Inti Makmur Tbk bilang, pertumbuhan industri rokok tergantung daya beli masyarakat. Adapun daya beli masyarakat tersebut tertekan karena adanya kenaikan tarif cukai tiap tahun.

Sayang, terkait proyeksi pencapaian penjualan sampai akhir tahun ini, Suryanto enggan menjelaskan Saya tidak bisa menjelaskan rinciannya, kata Suryanto, kepada KONTAN (21/12). Tak hanya Wismilak, perusahaan rokok PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) juga enggan menjelaskan proyeksi penjualan tahun ini.

Mercy Francisca Hutahaean, Head of Legal and External Affairs RMBA, hanya memberi perkiraan, pertumbuhan penjualan rokok tahun ini turun 0,5% ketimbang tahun lalu. Baik WIIM atau RMBA, keduanya mengeluhkan kenaikan cukai rokok. Kenaikan cukai menimbulkan kenaikan harga. Jika harga naik saat daya beli konsumen masih lemah, tentu menjadi tantangan berat bagi kami, kata Mercy.

Berbeda dengan Wismilak, penjualan RMBA terbilang positif. Asal tahu saja, kenaikan pendapatan bisa terjadi karena kenaikan harga yang dilakukan produsen rokok. Sampai kuartal III 2016, penjualan RMBA naik 16,3% menjadi Rp 14,3 triliun. Adapun pendapatan produsen rokok lain, seperti PT HM Sampoerna Tbk naik 7,2% menjadi Rp 70,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×