kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terimbas Aturan Permendag 36/2023, Penjualan Ritel Turun di Periode Ramadan 2024


Kamis, 18 April 2024 / 05:55 WIB
Terimbas Aturan Permendag 36/2023, Penjualan Ritel Turun di Periode Ramadan 2024
ILUSTRASI. penjualan ritel saat periode Ramadan atau Maret 2024 mengalami penurunan.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyampaikan penjualan ritel saat periode Ramadan atau Maret 2024 turun.

Ketua umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan, penurunan penjualan tersebut akibat stok barang banyak yang kosong. Misalnya baju ukuran beberapa ukuran baju habis, begitu pun dengan warna.

Budi menyebut rata-rata stok barang yang kosong adalah produk-produk yang berasal dari impor. Menurutnya, pengusaha kesulitan melakukan impor barang setelah adanya aturan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 03 Tahun 2024.

“(Penyebab barang impor kosong) karena Permendag 36/2023, karena kendala pertek (pertimbangan teknis),” tutur Budi kepada Kontan, Rabu (17/4).

Ke depan, Budi memperkirakan penjualan barang ritel akan tetap moncer jika peraturan impor selaras dan tidak mengalami kendala.

Baca Juga: Kinerja Penjualan Eceran Diperkirakan Meningkat pada Maret 2024, Berikut Penopangnya

Adapun kinerja penjualan ritel yang menurun tersebut sejalan dengan Survei Eceran yang dilakukan Bank Indonesia. Meski masih tumbuh Indeks Penjualan Rill (IPR) pada Maret 2023 diperkirakan hanya sebesar 3,5% year on year (yoy), turun dari pertumbuhan IPR pada Februari yang sebesar 6,4% yoy.

Dalam kesempatan berbeda, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menyampaikan, yang menyebabkan penjualan eceran mengalami penurunan adalah karena faktor inflasi.

“Di samping itu penjualan eceran Februari lebih tinggi karena ada faktor pemilu dan persiapan Ramadan,” ungkapnya.

Ke depan, Riefky memperkirakan kondisi penjualan eceran belum akan stabil, karena adanya konflik baru yang memanas antara Iran dan Israel.

Konflik tersebut menurutnya akan mendorong harga-harga komoditas seperti minyak yang berpotensi mengerek inflasi ke depannya.

“Inflasi meningkat akan berdampak pada daya beli dan menekan penjualan ritel. Ini yang  perlu diwaspadai,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×