Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Persaingan di bisnis ritel bakal semakin sengit. Setelah masuknya Lotte Mart tahun lalu, mulai tahun ini, empat ritel asing akan menyusul. Mereka adalah Wallmart, Central, Casino, dan Tesco.
Rencana ini membuat cemas para peritel lokal. Apalagi, Tesco disebut-sebut bakal masuk ke Indonesia tahun ini juga. Bila Tesco memang jadi masuk, dia bakal menambah panjang daftar ritel asing yang beroperasi di Indonesia. Sebelumya, sudah ada beberapa peritel asing seperti Carrefour dan Giant. Selama ini, para peritel asing ini sukses menggerus pasar peritel lokal.
Inilah yang membuat peritel lokal gusar. "Pemerintah mesti membuat aturan jelas supaya masuknya ritel asing ini tidak menggerus peritel lokal," seru Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Benjamin Mailool, Senin (16/2).
Dalam pantauan Aprindo, semakin banyaknya peritel asing mengincar Indonesia lantaran pasarnya cukup besar. Jika tak membuat sistem pengawasan ketat, Aprindo khawatir kehadiran peritel asing akan membawa dampak buruk bagi peritel lokal.
Peritel lokal pun meminta perlindungan pemerintah karena belum siap bersaing dengan peritel asing. Bukti ketidaksiapan itu terlihat dari banyak perusahaan ritel lokal yang goyah karena pendapatannya turun. "Metro dan Rimo sudah goyang, yang lainnya segera menyusul. Jadi harus ada pengaturan soal ritel asing ini," kata Hari Darmawan, Dewan Pembina Aprindo.
Setidaknya, butuh waktu satu hingga dua tahun bagi peritel lokal agar bisa bersaing dengan pemain asing. "Kalau dipaksakan bersaing seperti sekarang, ritel lokal akan kesulitan. Karena itu, perlu dibuatkan aturan," kata Hari yang juga pendiri Matahari Department Store.
Pemerintah perlu merujuk pengalaman negara lain dalam membuat aturan ritel asing ini. Umumnya, negara yang terbuka dengan ritel asing mengalami pertumbuhan ritel lebih rendah ketimbang negara yang menutup diri.
Pertumbuhan ritel di negara terbuka biasanya hanya di bawah 10%. Indonesia, misalnya, pada 2008 mencatat pertumbuhan ekonomi 6%. Saat itu, sektor ritelnya juga tumbuh di kisaran angka itu. Tahun ini, pertumbuhannya diperkirakan 4% saja.
Pertumbuhan sebesar itu sama sekali tidak membanggakan. Soalnya, pertumbuhan ritel Indonesia itu terendah dari delapan negara di Asia Timur dan Selatan. Adapun yang paling tinggi adalah Singapura dan Korea. "Aturan mainnya jangan mengatur bisnis ritel soal syarat perdagangan. Soalnya, itu mekanisme pasar supaya ritel bisa tumbuh," jelas Pengamat Ritel dari Universitas Padjajaran Bandung, Hidayat.
Sebaliknya, negara yang agak tertutup terhadap ritel asing berhasil mencatat pertumbuhan lebih tinggi. Di India, misalnya, pertumbuhan ritelnya cukup pesat. Dalam setahun, pendirian ritel lokal di bisa mencapai 300 unit. "India ini sangat tertutup, pemerintahnya melarang ritel asing masuk. Tapi, lihat pertumbuhan ritel lokalnya sangat bagus," kata Hidayat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News