kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Sukses Jadi Peritel Makanan Ringan dengan Modal Cincin Kawin


Senin, 19 Januari 2009 / 14:13 WIB
Sukses Jadi Peritel Makanan Ringan dengan Modal Cincin Kawin


Reporter: Aprillia Ika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kepepet ekonomi terkadang malah membuat orang semakin kreatif. Ada saja ide dan pemikiran yang berujung pada kesuksesan. Kuncinya, sabar dan harus mau kerja keras.

Itulah yang dialami oleh Abdurohim. Gara-gara gagal dalam usaha membuat batako dan genteng semen, Abdurohim banting setir dan menjalankan usaha makanan ringan yang kini beromzet puluhan juta. Yang menarik, waktu itu ia merintis usahanya dengan bermodalkan cincin kawin seharga Rp 60.000.

Atas usaha yang dibangunnya sejak tahun 2001 tersebut, Abdurohim diganjar penghargaan dari Menpora dan Citibank tahun 2005 sebagai UKM berprestasi. "Ini jalan hidup," ujarnya.

Ide awal Abdurohim timbul ketika melihat banyak singkong terbengkalai di pasar tradisional di Cilegon. Oleh tangan terampilnya, warga Citangkil tersebut mengolahnya menjadi keripik

Keripik singkong tersebut kemudian dikemasnya ke dalam plastik berlabel Dewi Mulya Snack dan dijual ke pasar-pasar tradisional dengan harga mulai Rp 500 sampai Rp 5.000. "Dewi adalah nama anak pertama saya," ujarnya.

Tak disangka, keripik buatannya laku keras. Abdurohim lantas menggarap bahan makanan lain untuk dijadikan keripik. Misalnya saja pisang, ubi biru, sukun, bawang dan sebagainya. "Dalam sehari, saya habis sekitar tiga kuintal bahan baku," lanjutnya.

Abdurohim sendiri membeli bahan baku keripiknya dari pasar Banten dengan modal Rp 750.000. lantas, dari tiap bungkus yang dijualnya, Abdurohim mendapat margin sampai 36%.

Selain menjual keripik, Abdurohim juga menjual aneka makanan ringan dan kue kering. Makanan ringan dan kue kering ini dibelinya secara curah di pasar lantas dikemas lagi.

"Saat ini yang paling laku adalah jagung marning," ujarnya. Dari penjualan jagung marning saja, Abdurohim bisa mendapat uang tambahan Rp 1 juta saban harinya.

Kini, pabriknya di Citangkil mampu menghidupi 12 karyawannya. "Saya hanya mampu memasarkan produk saya ke pasar tradisional dan pertokoan Cilegon saja. Belum mampu masuk ritel besar seperti Carrefour," ujarnya merendah.

Pasalnya, menurut Abdurohim, produksinya baru sedikit. "Untuk memenuhi pasaran Cilegon saja masih kurang," pungkasnya.

Aprillia Ika

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×