Reporter: Dani Prasetya | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Banjir Thailand menambah ketidakjelasan nasib pasokan beras impor untuk mengamankan stok gudang Badan Urusan Logistik (Bulog). Meski telah bernegosiasi secara bisnis, Thailand masih menginginkan adanya kenaikan harga.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh, menuturkan, sekitar dua hari lalu Bulog telah menemui otoritas Thailand untuk berunding soal kesepakatan impor beras. Sayangnya, perundingan itu tidak membuahkan kesepakatan.
Alternatifnya, kata Deddy, Bulog telah melakukan penjajakan terhadap perusahaan penyuplai beras di India. Kemungkinan besar, beras impor itu bisa didatangkan sebelum akhir tahun setelah kedua belah pihak mengantongi kesepakatan harga.
Sayangnya, dia belum tahu besaran impor yang akan dilakukan dari India karena hal itu tergantung ketersediaan beras negara tersebut. Negara itu disebut memiliki stok sekitar 500.000 ton untuk ditawarkan. Angka itu menjadi patokan bagi Bulog untuk menetapkan besaran impor. "Tapi kita tidak butuh sebesar itu," ujarnya, Selasa (1/11).
Soal harga penawaran beras dari India pun, dia menyebut, belum memiliki kesepakatan lantaran tergantung ketersediaan beras dunia. Apabila kondisi banjir Thailand berkepanjangan maka hal itu berpotensi mempengaruhi pasokan beras dunia karena berkurangnya ketersediaan. "India bisa naik harga juga kalau begitu," tambahnya.
Selain India, Kamboja juga menjadi salah satu opsi sumber penambah stok beras di gudang Bulog. Namun, negara itu tidak bisa menyuplai beras dalam waktu dekat. Sebab, Kamboja tidak memiliki lembaga khusus seperti Bulog yang mengumpulkan beras dari para petani.
Nantinya, Indonesia harus membuat kesepakatan antarnegara yang kemudian di lanjut dengan implementasi secara bisnis antara Bulog dengan pengusaha penyuplai beras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News