kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Thailand naikkan harga, nasib impor beras makin tak jelas


Selasa, 01 November 2011 / 18:07 WIB
Thailand naikkan harga, nasib impor beras makin tak jelas
ILUSTRASI. Proyek pengembang properti PT Repower Asia Indonesia.


Reporter: Dani Prasetya | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Banjir Thailand menambah ketidakjelasan nasib pasokan beras impor untuk mengamankan stok gudang Badan Urusan Logistik (Bulog). Meski telah bernegosiasi secara bisnis, Thailand masih menginginkan adanya kenaikan harga.

Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh, menuturkan, sekitar dua hari lalu Bulog telah menemui otoritas Thailand untuk berunding soal kesepakatan impor beras. Sayangnya, perundingan itu tidak membuahkan kesepakatan.

Alternatifnya, kata Deddy, Bulog telah melakukan penjajakan terhadap perusahaan penyuplai beras di India. Kemungkinan besar, beras impor itu bisa didatangkan sebelum akhir tahun setelah kedua belah pihak mengantongi kesepakatan harga.

Sayangnya, dia belum tahu besaran impor yang akan dilakukan dari India karena hal itu tergantung ketersediaan beras negara tersebut. Negara itu disebut memiliki stok sekitar 500.000 ton untuk ditawarkan. Angka itu menjadi patokan bagi Bulog untuk menetapkan besaran impor. "Tapi kita tidak butuh sebesar itu," ujarnya, Selasa (1/11).

Soal harga penawaran beras dari India pun, dia menyebut, belum memiliki kesepakatan lantaran tergantung ketersediaan beras dunia. Apabila kondisi banjir Thailand berkepanjangan maka hal itu berpotensi mempengaruhi pasokan beras dunia karena berkurangnya ketersediaan. "India bisa naik harga juga kalau begitu," tambahnya.

Selain India, Kamboja juga menjadi salah satu opsi sumber penambah stok beras di gudang Bulog. Namun, negara itu tidak bisa menyuplai beras dalam waktu dekat. Sebab, Kamboja tidak memiliki lembaga khusus seperti Bulog yang mengumpulkan beras dari para petani.

Nantinya, Indonesia harus membuat kesepakatan antarnegara yang kemudian di lanjut dengan implementasi secara bisnis antara Bulog dengan pengusaha penyuplai beras.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×