kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tidak ada kenaikan, Pertamina masih pertahankan harga BBM


Minggu, 09 September 2018 / 19:18 WIB
Tidak ada kenaikan, Pertamina masih pertahankan harga BBM
ILUSTRASI. Aktifitas Petugas di Salah Satu SPBU


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pelemahan rupiah dan harga minyak yang terus meningkat, wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus santer terdengar. Namun Pemerintah telah menetapkan harga BBM jenis solar subsidi dan premium tidak mengalami perubahan.

Selain itu, harga BBM umum yang dijual oleh PT Pertamina (Persero) seperti Pertamax series, Dex, Dexlite tidak akan mengalami kenaikan. Hal ini ditegaskan kembali oleh VP Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito yang menyebut harga BBM yang dijual Pertamina tetap sama. "Harga BBM masih tetap," kata Adiatma kepada Kontan.co.id, Minggu (9/9).

Pertimbangan Pertamina tidak menaikan harga BBM di tengah meningkatnya nilai Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah hingga masih tingginya harga minyak mentah (crude), karena masih lemahnya daya beli masyarakat.

Sebelumnya, Direktur Retail Pertamina, Mas'ud Khamid menjelaskan pertimbangan perubahan harga BBM yang dijual oleh Pertamina tidak hanya soa kenaikan harga crude, tetapi juga kekuatan pasar.

Menurut Mas'ud, kebutuhan energi itu 7,5% dari total pendapatan. Kebutuhan energi tersebut sudah termasuk listrik, LPG, dan BBM. Jika untuk BBM saja, rata-rata masyarakat menghabiskan dana sebesar 4-4,5% dari pendapatannya untuk membeli BBM.

Jika Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Provinsi (UMP) hanya Rp 2 juta per bulan, maka dana untuk membeli BBM hanya Rp 80.000 per bulan. Sementara untuk mengisi tangki sepeda motor penih berkisar 16 liter.

"Kita bisa hitung berapa daya beli saudara-saudara kita yang UMR-nya Rp 2 juta. Kalau kami tidak lakukan konsolidasi, nanti tidak pas. Kami maunya ikuti crude tapi daya beli tidaj sekuat itu, jadi kami harus atur karena ini kebutuhan primer, kebutuhan pokok," jelas Mas'ud.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×