Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Keputusan pemerintah menahan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite mendapat dukungan dari beberapa pihak. Langkah ini dinilai tepat untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah melambungnya sejumlah harga pangan akhir-akhir ini.
Direktur of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai pemerintah perlu menahan harga Pertalite. Konsumsi Pertalite yang mencapai 50% dari total konsumsi BBM Nasional dinilai cukup berpengaruh pada tingkat inflasi jika dilakukan penyesuaian harga.
"Pemerintah bisa tambah dana kompensasi ke Pertamina. Untuk BBM jenis non-subsidi seperti Pertalite tinggal alokasikan saja dana kompensasi melalui skema APBN," terang Bhima kepada Kontan, Minggu (13/3).
Bhima melanjutkan, dana kompensasi dapat dialokasikan dari perolehan windfall harga komoditas.
Menurutnya, jika harga minyak mentah mencapai kisaran US$ 100 hingga US$ 127 per barel maka ada tambahan pendapatan negara dalam bentuk pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 192 triliun.
Dengan demikian, APBN dinilai memiliki cukup ruang untuk menahan harga Pertalite. Lebih jauh, harga Pertamax juga dinilai masih bisa ditahan pada harga saat ini.
"Kalaupun pemerintah merasa kesulitan menambal selisih harga keekonomian dan harga jual BBM, bisa dilakukan realokasi dari dana infrastruktur. Antara pembangunan IKN dan jaga stabilitas harga di masyarakat pastinya lebih prioritas jaga stabilitas harga," terang Bhima.
Bhima menjelaskan, saat ini harga keekonomian Pertalite ada di kisaran Rp 11.500 per liter. Dengan harga jual sebesar Rp 7.650 per liter maka Pertamina harus menanggung selisih sebesar Rp 3.850 per liternya.
Adapun, untuk produk Ron 92 setara Pertamax oleh Badan Usaha lain kini dijual dikisaran Rp 12.990 per liter. Pertamina tercatat masih menjual dengan harga Rp 9.000 hingga Rp 9.200 per liter.
Adapun, saat ini rerata konsumsi Pertalite mencapai 52% dari total konsumsi BBM Nasional. Sementara Pertamax mencapai 13% dari total konsumsi BBM Nasional.
Menurut Bhima, saat ini harga keekonomian Pertalite diperkirakan di atas Rp11.500 per liternya. Jika dijual di harga Rp7.650 per liter, Pertamina harus menanggung selisih Rp3.850 per liternya.
Kendati harga minyak dunia terus mengalami kenaikan, BBM jenis Pertalite yang mayoritas dikonsumsi masyarakat memang masih dijual dengan harga lama.
Pertamina selaku badan usaha hanya menaikkan harga tiga BBM jenis yakni Pertamina Turbo, Pertadex dan Dexlite pada pekan lalu sebagai respons atas melonjaknya harga minyak dunia yang di akhir pekan ini US$109 per barel, setelah sempat melonjak hingga US$126 per barel.
Presiden Joko Widodo menyinggung soal kemungkinan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) lantaran efek kenaikan harga minyak dunia yang terus melonjak. Ungkapan itu diutarakan Jokowi saat memberikan pidato dalam peringatan HUT UNS ke 46.
Jokowi mengungkapkan, terjadi banyak tekanan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini berimbas pada lonjakan harga minyak dunia.
"Hal yang dulu tidak kita perkirakan muncul, kelangkaan energi. Sekarang semua negara mengalami. tambah perang harga naik dua kali lipat. Tahun 2020 harga minyak US$ 60 per barel, sekarang sudah US$ 115 per barel. dua kali lipat. Harga jual BBM semua negara sudah naik. Kita di sini masih tahan tahan. Saya tanya bu menteri, tahannya sampai berapa hari ini?," ungkap dia dalam peringatan HUT UNS ke 46, Jumat (11/3) yang disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News