Reporter: Kiki Safitri | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor kopi terus menunjukkan tren penurunan. Ekspor kopi hingga akhir tahun 2018 diprediksi hanya 150.000 ton sedangkan tahun lalu sempat mencapai 230.000 ton.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Moelyono Soesilo menyebut, setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi lesunya volume ekspor.
Pertama, stok kecil di awal 2018. Akibatnya, stok tersebut tidak mempu mencukupi permintaan luar negeri.
“Yang pertama stok awal di akhir tahun 2018 sangat kecil sekali, akibat badai elnino 2015, stok 30.000 sampai 40.000 ton saja," katanya.
Tapi, stok yang tersisa tak dikonsumsi dalam negeri dan tak diekspor tahun ini, dia perkirakan jauh lebih besar. Produksi kopi tahun ini, diestimasi 660.000 ton hingga 690.000 ton, sedangkan untuk konsumsi dalam negeri per tahun adalah 320.000 ton sampai 330.000 ton.
Proyeksi ekspor hanya 150.000 ton - 160.000 ton. Sehingga, di awal tahun 2019 masih ada stok untuk ekspor sekitar 180.000 ton.
Selanjutnya, faktor kedua yang menjadi penyebab kecilnya ekspor kopi tahun ini adalah panen yang terlambat. Sementara, stok awal tahun sangat kecil.
“Biasanya bulan Mei, tapi karena Mei bulan puasa, makanya panen bergeser di bulan Juni semua,” ungkapnya.
Tahun 2019, panen dijadwalkan akan terjadi di awal tahun. Penyebabnya, kondisi cuaca yang berimbang antara hujan dan panas, sehingga jika dipanen pada awal tahun, kualitas kopi yang dihasilkan lebih bagus dan volume lebih banyak.
Faktor ketiga, harga kopi yang anjlok di pasar internasional. Moleyono menyebut, harga komoditas kopi mencapai US$ 1.600 per ton, padahal sempat menginjak harga US$ 2.300 per ton.
“Yang ketiga karena harga kopi dalam negeri mengalami penurunan yang lebih rendah daripada harga kopi tahun kemarin. Tahun ini US$ 1.600 ussd per ton, kalau sebelumnya harga sempat US$ 2.000 sampai US$ 2.100 per ton,” jelasnya.
Harga juga semakin ditekan oleh kopi asal Brasill dan Vietnam. Harga kopi Brasil dan Vietnam dinilai lebih murah daripada kopi asal Indonesia, sehingga pergerakan kopi Indonesia semakin menunjukkan tren penurunan ekspor.
“Untuk harga enggak mungkin naik, karena kita masih tertekan dari Brasil dan Vietnam, harga mereka jauh lebih rendah daripada harga kopi Indonesia, agak berat kalau modelnya begini,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News