Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) telah menggunakan dana penawaran umum sukuk ijarah II tahun 2016 di sepanjang tahun ini. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini (2/11), dilaporkan sebagian besar dana digunakan untuk membayar utang.
Adapun laporan hasil penawaran umum sukuk ijarah II tahun 2016 mencapai sekitar Rp 1,2 triliun. Dana sebesar Rp 1 triliun dipakai untuk melunasi utang. Selain itu RUPSLB membahas soal divestasi anak usaha yang bergerak di pengolahan beras, PT Dunia Pangan (DP).
Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food (Tbk) menerangkan, rencananya pihaknya akan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) pada 5 Desember 2017.
Setelah itu, pada 6 Desember 2017 Tiga Pilar akan mengusahakan approval sindikasi dari kreditur dan menutupnya pada 7 Desember 2017. AISA tampaknya tidak punya opsi selain melepaskan anak usaha tersebut, lantaran selama ini ditengarai menurunkan kinerja perseroan tersebut.
"Kalau lihat untung ruginya, bagi pemegang saham ini bukan paling baik tapi paling rasional dan masuk akal," tukas Sjambiri dalam RUPSLB.
Menurutnya, adanya Harga Eceran Tertinggi (HET) beras cenderung merugikan bisnis Tiga Pilar. Padahal divisi pengolahan beras menyumbang lebih dari 50% total pendapatan AISA. Namun, jika lini tersebut mengalami kerugian akan berdampak pada laba dan bisnis lainnya lebih baik tidak dilanjutkan lagi.
Dengan taksiran konsultan bahwa nilai wajar DP sebesar Rp 3,576 triliun, diharapkan dana tersebut bakal mampu melunasi utang Tiga Pilar secara bertahap yang sebanyak Rp 2,375 triliun. "Selain itu diperkirakan kami bisa dapat dana segar senilai Rp 173 miliar," kata Sjambiri.
Harapannya nanti, pemilik baru DP bisa mengeksplorasi bisnis pengolahan beras tersebut dan mempunyai opsi lainnya untuk melunasi utangnya. Hasil RUPSLB menyatakan bahwa sekitar 91,89% pemegang saham AISA setuju terhadap divestasi, sisanya sekitar 7% menyatakan tidak setuju dan kurang dari 1% pemegang saham abstain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News