Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) melandai pada tahun 2025 ini. TGKA berupaya memacu performa bisnisnya pada akhir tahun 2025 sembari menyiapkan strategi untuk mendongkrak pendapatan pada tahun depan.
Pendapatan TGKA menyusut 5,56% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 10,07 triliun menjadi Rp 9,51 triliun hingga kuartal III-2025.
Pendapatan emiten yang bergerak di bidang penjualan dan distribusi produk konsumsi ini bersumber dari segmen produk susu, makanan ringan dan barang konsumen dengan nilai mencapai Rp 9,18 triliun.
Jumlah itu setara dengan 96,52% dari total pendapatan TGKA hingga September 2025. Pendapatan TGKA dari bisnis utama tersebut menurun 5,55% (yoy).
Baca Juga: Tigaraksa Satria (TGKA) Menebar Dividen Interim Rp 30 per Saham, Cek Jadwalnya
Sejalan dengan penurunan pendapatan, laba bersih TGKA merosot 9,52% (yoy) dari Rp 286,74 miliar menjadi Rp 259,43 miliar.
Corporate Secretary Tigaraksa Satria, Syahrizal Sabir menjelaskan bahwa mayoritas pendapatan TGKA ditopang oleh segmen penjualan produk konsumsi sehari-hari.
Oleh sebab itu, kinerja TGKA akan terpengaruh oleh tingkat konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
Syahrizal menyoroti, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025 mencapai level 5,04% (yoy). Tetapi, sektor konsumsi rumah tangga yang merupakan salah satu komponen utama pertumbuhan ekonomi nasional, hanya tumbuh 4,89%.
"Ini menunjukkan belum pulihnya daya beli masyarakat. Pada akhirnya kondisi tersebut berdampak pada penurunan pendapatan para pelaku usaha di sektor penjualan dan distribusi barang konsumsi sehari-hari seperti TGKA," kata Syahrizal kepada Kontan.co.id, Kamis (11/12/2025).
Baca Juga: HERO Targetkan Jual Delapan Properti Eks Giant, Dua Aset TelahTerjual
Di tengah kondisi tersebut, TGKA mengupayakan sejumlah langkah efisiensi dan perbaikan proses kerja. Hal ini bertujuan agar laba bersih pada tahun 2025 tidak mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan performa tahun lalu.
Apalagi, bencana yang melanda sejumlah daerah di Sumatra juga menjadi kendala bagi perusahaan distribusi. Kondisi ini membawa tantangan bagi perusahaan distribusi seperti TGKA untuk mengirim barang ke gudang-gudang maupun outlet di tempat yang terdampak bencana.
"Proses pengiriman barang lebih lama, karena harus melewati rute dengan jarak tempuh lebih jauh. Pada akhirnya, hal ini tentu berdampak pada peningkatan biaya pengiriman barang," ungkap Syahrizal.













