Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Voucer pulsa telepon masih jadi andalan bisnis PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk sepanjang tahun ini. Perusahaan penjual pulsa telepon ritel dan produsen ponsel ini berkeyakinan bisa mencatatkan pertumbuhan bisnis sampai akhir tahun ini meski roda ekonomi domestik tengah melambat.
Hengky Kurniawan, Komisaris Utama Tiphone Mobile Indonesia, optimistis bisa memperoleh pertumbuhan pendapatan hingga dua digit sampai dengan akhir tahun 2015. "Kami yakin bisa memperoleh pendapatan Rp 20 triliun sampai akhir tahun ini serta perolehan laba Rp 370 miliar," katanya kepada KONTAN, Kamis (22/10).
Sekadar catatan, tahun lalu, perusahaan dengan kode saham TELE ini memperoleh pendapatan Rp 14,59 triliun. Nah, dari total pendapatan tersebut kontribusi terbesar memang masih dipegang dari penjualan voucer yakni 75%. Sedangkan sisanya dari penjualan ponsel.
Secara perlahan, kontribusi pendapatan dari penjualan voucer memang mulai berkurang, sejalan dengan ekspansi perusahaan yang gencar merambah penjualan ritel ponsel. Buktinya, di semester I-2015, kontribusi penjualan voucer mulai berkurang yakni 58,53% yang setara Rp 5,3 triliun.
Adapun pendapatan dari penjualan ponsel mulai merangkak naik yakni berkontribusi 38,81% di periode serupa yang tercatat Rp 3,52 triliun. Sedangkan sisanya, 2,76% berasal dari komisi dan jasa perbaikan ponsel.
Meski kontribusi bisnis voucer makin berkurang, Hengky mengatakan bahwa bisnis penjualan voucer masih akan menjadi penopang perusahaan ini. Makanya Tiphone berupaya mempertahankan kontribusi pendapatan dari bisnis voucer.
Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak kluster (wilayah) penjualan voucer dari operator seluler, lewat akuisisi.
Sayang, Hengky tak memerinci akuisisi kluster penjualan voucer tersebut. Dia hanya menyatakan bahwa perusahaan ini saat ini sudah mendapatkan 30 kluster penjualan voucer dari PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel). Menurutnya, hasil ini tidak terlepas dari hasil penjualan voucer anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) masih positif.
Hingga saat ini penjualan voucher Tiphone menyasar tiga jalur distribusi penjualan yaitu pasar tradisional, pasar modern dan melalui kanal perbankan. "Jadi inilah tiga lini distribusi yang bisa memperbesar potensi revenue Tiphone," tandas Samuel Kurniawan, Sekretaris Perusahaan Tiphone Mobile.
Dari tiga jalur tersebut, penjualan voucer Tiphone melalui jalur pasar tradisional menyokong 85% terhadap total penjualan voucer. Sedangkan penjualan dari perbankan menyumbang 10%, dan selebihnya dari ritel modern.
Sedangkan untuk bisnis ponsel, saat ini Tiphone tengah membangun pabrik ponsel yang berada di Delta Silicon Cikarang. Pembangunan pabrik tersebut merupakan hasil kerjasama TELE dengan investor asal Taiwan, yaitu Arima Communication Corporation. Apabila tidak ada halangan, pabrik ini bisa beroperasi tahun 2016.
Menurut Samuel, untuk saat ini, pendanaan pabrik ponsel tersebut masih berada ke induk usaha TELE yaitu PT Esa Utama Inti Persada. Untuk membangun pabrik ini, Esa Utama menggelontorkan dana sekitar US$ 10 juta sampai US$ 50 juta. "Belum masuk karena bisa membebani laporan keuangan TELE. Kalau sudah profit baru kami masukan ke TELE," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News