Reporter: Merlinda Riska | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sudah masuk generasi 4G membuat PT Tower Bersama Infrastructure Tbk berbenah. Perusahaan dengan kode saham TBIG di Bursa Efek Indonesia ini akan fokus mengembangkan bisnis kabel serat optik. Jaringan serat optik ini untuk memperkuat bisnis mereka di Jakarta.
Helmy Yusman Santoso, Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure menuturkan, pihaknya memerlukan jaringan kabel serat optik untuk menyalurkan transmisi di infrastruktur menara mini atau mini tower. Apalagi, untuk menara mini yang memiliki ketinggian sekitar 12 meter hingga 16 meter ini sudah tidak memungkinkan lagi menggunakan microwave.
"Sehingga diperlukan kabel serat optik sebagai penyalur transmisi di mini tower terebut," papar Helmy kepada KONTAN, Kamis (15/1).
Seperti kita ketahui, saat ini menara mini semakin bertambah jumlahnya terutama di kota-kota besar. Soalnya, menara tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sinyal operator seluler di ruangan, yakni gedung perkantoran, hotel atau pusat belanja.
Helmy bilang, sejak tahun lalu sejatinya Tower Bersama sudah memasang kabel serat optik ini. Hanya saja Helmy mengaku hafal soal perincian berapa berapa panjang kabel serat optik yang telah dibangun oleh perusahaan ini.
Sebagai gambaran, saat ini jumlah menara mini milik Tower Bersama sudah mencapai 200 menara. Seluruhnya berada di Ibukota.
Karena itu saat ini fokus PT Tower Bersama pada tahun ini adalah membangun kabel serat optik di Jakarta terlebih dahulu. Namun Helmy belum memerinci berapa besar nilai investasi yang dikucurkan untuk memanjangkan jaringan kabel optik ini. "Harapannya tahun depan kami bisa merambah kota lain di luar Jakarta," jelasnya.
Pertimbangan TBIG menggarap fiber optik di Jakarta terlebih dulu lantaran di kawasan ini operator seluler tengah ekspansi teknologi jaringan 4G. Nah, untuk memenuhi kebutuhan operator inilah, jaringan serat optik ini dibangun. Dengan demikian, operator tetap betah menggunakan tower milik TBIG.
Saat ini TBIG tengah menyeleksi tower mana saja yang membutuhkan jaringan kabel serat optik. Selain itu, TBIG juga menyesuaikan dengan pesanan para operator yang ingin mengembangkan 4G.
Sementara itu secara bisnis, kabel serta optik masih belum besar. Dia berharap, di era 4G, layanan bisnis ini bisa memiliki pertumbuhan pendapatan yang bagus. "Peluang untuk tumbuh besar," ucapnya.
Tahun ini, TBIG berencana membangun 1.500 sampai 2.000 menara telekomunikasi dengan modal Rp 2 triliun. Harapannya, bisa menjaring tambahan 3.000 penyewa per tahun. Per kuartal III-2014, TBIG punya 11.686 menara dan 18.800 penyewa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News