Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai melakukan akuisisi perusahaan di sektor pertambangan, energi, dan jasa. PT Trada Alam Mineral Tbk (TRAM) berencana mensinergikan bisnis pelayaran yang sudah dijalankan, khususnya bisnis angkutan muatan kering untuk pengangkutan batubara dengan perusahaan tambang batubara dan jasa kontraktor pertambangan
Direktur Utama TRAM, Soebianto Hidayat mengatakan, sinergi bisnis pelayaran dengan batubara ini salah satunya dengan melakukan akuisisi perusahaan batubara PT Gunung Bara Utama (GBU) dan PT SMR Utama Tbk (SMRU) sebagai perusahaan yang memiliki anak perusahaan PT Ricobana Abadi (RBA) yang memiliki kegiatan usaha jasa kontraktor juga pertambangan dan PT Delta Samudera (DS) yang juga memiliki tambang batubara di Kutai Barat.
"Akuisisi GBU dan SMRU ini merupakan bagian dari strategi TRAM dalam diversifikasi usaha ke sektor pertambangan batubara," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (7/12).
Ia bilang, bahwa saat ini GBU memiliki tambang batubara di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur dengan masa konsesi 22 tahun sampai dengan tahun 2031.
Adapun saat ini, GBU sudah beroperasi dan memiliki cadangan batubara sebesar 64.855 juta ton dengan target produksi sebesar 3,5 juta ton sampai dengan 4,5 juta per tahun.
"GBU memproduksi batubara untuk dijual kepada pelanggannya dengan nilai kalori berkisar 4700-5400 kkal/Kg (GAR)," terangnya.
Sementara, kata Soebianto, saat ini TRAM sedang menjajaki penjualan batubara GBU kepada Idemitsu dan Glencore yang saat ini sudah menjadi pembeli batubara GBU di tahun 2016 dan 2017 dan tentunya juga untuk memenuhi kebutuhan batubara lokal.
"GBU juga merupakan perusahaan pertambangan yang memiliki infrastruktur pertambangan yang lengkap, termasuk jalan tambang sejauh 60 km, dan fasilitas pemuatan batubara (jetty)," klaimnya.
Juga, kata Soebianto, GBU memiliki fasilitas penimbunan dan pemuatan batubara dengan kapasitas sampai dengan 5 Juta ton per tahun. Potensi sarana infrastruktur yang lengkap ini, kata dia, merupakan aset yang dapat dikerjasamakan juga dengan pihak-pihak tambang lain di sekitar lokasi tambang GBU.
"GBU sebagai tambang yang relatif baru beroperasi dan melihat cadangan yang dimiliki," ungkapnya.
Berkaitan dengan harga batubara yang cenderung fluktuatif, Soebianto bilang, bahwa GBU mempunyai banyak ruang untuk memangkas biaya pada saat harga batubara turun. Selain itu, dengan sinergi dengan TRAM, support logistic akan membawa GBU lebih efisien dan kepastian logistic supply chain yang lebih terjamin.
Asal tahu saja, TRAM melakukan akuisisi perusahaan di sektor pertambangan, energi, dan jasa, dengan mengambil langkah strategi diversifikasi bisnis yaitu perusahaan tambang batubara milik GBU.
Akuisisi dilakukan secara tidak langsung melalui pemegang saham yakni PT Semeru Infra Energi (SIE), PT Black Diamond Energi (BDE), dan melalui PT Lautan Rizki Abadi selaku pemegang saham PT SMR Utama Tbk (SMRU).
Sementara untuk dana akuisisi akan diambil dari hasil penawaran umum terbatas (PUT) I dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dengan target Rp 6 triliun dan dari dana pinjaman UOB Kay Hian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News