Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
Walaupun demikian, PURE terus berupaya melakukan penambahan kapasitas produksi melalui pembangunan smelter Hidrometalurgi Step Temperature Acid Leach (STAL) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu.
Selanjutnya, Petrus juga menekankan hal kedua yang perlu diperhatikan, yakni pentingnya komitmen industri untuk menjaga lingkungan dan memperhatikan persoalan limbah olahan.
Menurutnya, salah satu metode proses pengolahan hidrometalurgi yang banyak digunakan saat ini justru menghasilkan limbah olahan berbentuk lumpur (tailing) yang kerap kali dibuang ke laut dalam.
"Kemampuan mengolah saja tidak cukup. Perhatikan teknologi pengolahannya seperti apa, pengelolaan limbahnya bagaimana, jangan sampai jadi ancaman untuk lingkungan perairan. Melakukan rehabilitasi lingkungan apa tidak? Program untuk mengkomodasi aspek lingkungan juga perlu dibuat, bila perlu dijadikan standar operation, karena hilirisasi nikel butuh tata kelola yang ramah terhadap lingkungan," terang dia.
Baca Juga: Lagi, pemegang saham pengendali lepas sebagian saham Trinitan Metals (PURE)
Soal limbah olahan, Petrus menegaskan bahwa teknologi STAL yang dikembangkan oleh PURE tidak menghasilkan limbah olahan berbentuk lumpur (tailing).
Residu yang dihasilkan oleh STAL memiliki kandungan Besi (Fe) sekitar 80% dan bahkan dapat diolah menjadi iron ore untuk digunakan oleh industri baja maupun diolah menjadi bentuk batu bata (brick) yang dapat digunakan untuk membangun jalan maupun jembatan.
Selain itu, PURE melalui entitas anak perusahaannya, yaitu PT Hydrotech Metal Indonesia juga tengah menginisiasi program yang berfokus pada aspek environmental, social, and governance (ESG) untuk mewujudkan praktik bisnis yang tidak mencederai lingkungan hidup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News