kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tunggu konsorsium, Pertamina belum kembangan Blok East Natuna


Jumat, 19 Januari 2018 / 15:56 WIB
Tunggu konsorsium, Pertamina belum kembangan Blok East Natuna
ILUSTRASI. blok migas


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina sedang mencari partner baru untuk mengembangkan Blok East Natuna. Ini pasca bubarnya konsorsium Blok East Natuna yang terdiri dari Pertamina, ExxonMobil, dan PTT EP tahun lalu.

Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam menyebut, Pertamina butuh partner untuk membentuk konsorsium terlebih dahulu sebelum memulai pengembangan Blok East Natuna. Pertamina berharap bisa mendapatkan partner yang lebih banyak di Blok East Natuna dibandingkan konsorsium sebelumnya.

Jika sudah terbentuk konsorsium, maka Pertamina baru akan mengkaji ulang Technology and Market Review (TMR) yang pernah dilakukan bersama ExxonMobil di Blok East Natuna. "Kalau sudah ada konsorsium, kami evaluasi.," jelas Alam, Kamis (19/1).

Salah satu yang akan dievaluasi adalah rencana untuk mengembangkan lapangan minyak terlebih dahulu. Sebelumnya, pemerintah memang meminta konsorsium East Natuna untuk memproduksi minyak sebelum memproduksi gas di Blok East Natuna.

Alam juga menyebut untuk mengembangkan East Natuna, Pertamina juga perlu kajian mengenai keekonomian Blok East Natuna dengan kontrak gross split. Selain itu, Pertamina juga perlu mengkaji subsurface hingga komersial blok tersebut.

Selama masih menunggu konsorsium dan perlu pengkajian lebih lanjut terhadap Blok East Natuna, Alam belum bisa memberikan target pasti pengembangan blok yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia itu. "Masih panjang (waktunya), kalau East Natuna masih panjang," imbuhnya.

Alam beralasan, untuk mengembangkan Blok East Natuna memang tidak mudah. Sebab diperlukan teknologi yang cukup mumpuni dan ekonomis untuk memisahkan karbon dioksida (CO2) yang kandungannya mencapai 72% di blok tersebut.

Alam mencontohkan, ketika ExxonMobil mencoba mengembangkan Blok East Natuna, pemerintah menawarkan bagi hasil 100% untuk ExxonMobil. Namun ExxonMobil masih belum juga sanggup melanjutkan proyek East Natuna.

Terlebih lagi harga minyak saat ini masih cukup rendah. Ketika harga minyak mencapai US$ 100 per barel pun, ExxonMobil kala itu belum bisa mengembangkan Blok East Natuna. Oleh sebab itu Alam bilang, pemerintah saat ini tidak mendesak Pertamina untuk segera mengembangkan East Natuna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×