Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mencatatkan penurunan pendapatan pra penjualan (marketing sales) untuk segmen hunian (residensial) di semester II 2025.
Per akhir Juni lalu, BSDE mencatatkan marketing sales untuk unit hunian sebesar Rp 2,19 triliun. Nilai ini turun 16,09% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,61 triliun. Khusus pada kuartal II-2025 saja, angkanya hanya mencapai Rp 0,91 triliun, turun 28,91% secara kuartalan (QoQ).
Direktur BSDE Hermawan Wijaya menjabarkan, perolehan marketing sales hunian perseroan pada periode ini berasal dari sejumlah proyek, di antaranya Nava Park, Hiera, Armont Residence, Eronna, dan Terravia di BSD City. Selain itu, kontribusi juga datang dari Kaia Yara dan Vicente Klasika di Grand Wisata bekasi dan Richmond di Kota Wisara Cibubur.
Baca Juga: Penjualan BSDE Turun 13% Semester I-2025, Harapkan Dorongan dari PPN DTP dan BI Rate
Selama ini segmen hunian menjadi terbesar kedua terhadap pendapatan perseroan. Dari total marketing sales Rp 5,08 triliun di semester I-2025, segmen hunian menyumbang kontribusi sebesar Rp 2,19 triliun atau setara 43%. Segmen komersial masih menjadi kontributor utama dengan porsi 45% dari total marketing sales di semester I.
Menurut Hermawan, tren pertumbuhan maupun penurunan yang terjadi di BSDE biasanya lebih dipengaruhi oleh momentum peluncuran produk.
“Naik atau turun balik lagi tergantung launching produk apa yang dilakukan pada saat itu. Memang bisa saja karena faktor demand, tetapi tidak bisa hanya melihat dari sisi itu,” katanya kepada Kontan, Rabu (6/8/2025).
Menurutnya, sebenarnya sejauh ini demand masih terjaga walau memang tidak signifikan. Maka dari itu, BSDE tak melakukan penyesuaian harga untuk unit porperti huniannya.
Baca Juga: Bumi Serpong Damai (BSDE) Catat Pendapatan Rp 6,39 Triliun per Semester I 2025
Hermawan menilai secara keseluruhan daya serap pasar masih terjaga di tengah dinamika sektor properti nasional. Apalagi, keberadaan berbagai stimulus eksternal menambah prospek pasar ke depannya.
Stimulus tersebut di antaranya berupa pemangkasan suku bunga acuan BI menjadi 5,25% dan penyesuaian suku bunga Deposito Facility ke 4,50% dan Lending Facility ke 6,00%. Selain itu, konsumen dapat memanfaatkan insentif PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) dari pemerintah dan program pemasaran nasional Sinar Mas Land
“Kebijakan ini membuka ruang bagi sektor properti untuk memperoleh pembiayaan yang lebih kompetitif, sekaligus mendorong peningkatan minat beli masyarakat terhadap produk-produk properti primer, terutama di segmen hunian,” katanya.
Tak hanya BSDE, penurunan penjualan properti segmen hunian juga terjadi secara nasional. Survei Harga Properti Residensial (SPHR) Bank Indonesia (BI) menunjukkan terjadi penurunan penjualan properti hunian sebesar 3,80% secara tahunan (YoY) pada kuartal II-2025.
Padahal, pada kuartal I-2025, penjualan properti hunian masih berhasil tumbuh 0,73% secara YoY. Namun situasinya berubah di kuartal II, secara qoq, penjualan properti hunian turun 16,72% setelah sempat tumbuh 33,92% di kuartal I-2025.
Selanjutnya: Prajogo Pangestu Lego 1 Miliar Saham Petrindo Jaya (CUAN), Ini Tujuannya
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok di Jakarta & Sekitarnya, Hujan Sangat Lebat di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News