kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Upaya Pembatasan Kendaraan Bensin Dianggap Tidak Mudah Direalisasikan


Rabu, 14 Juni 2023 / 13:51 WIB
Upaya Pembatasan Kendaraan Bensin Dianggap Tidak Mudah Direalisasikan
ILUSTRASI. Pelayanan pelanggan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU) milik PT Pertamina di Jakarta, Kamis (11/5). Upaya Pembatasan Kendaraan Bensin Dianggap Tidak Mudah Direalisasikan.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah berkomitmen untuk membatasi penggunaan kendaraan konvensional berbasis Internal Combustion Engine (ICE) di Indonesia dalam beberapa waktu mendatang. Hanya saja, upaya tersebut tidak mudah diwujudkan bila berkaca pada kondisi di dalam negeri sekarang.

Sebagaimana yang diketahui, baru-baru ini, Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Panjaitan menyatakan, pemerintah akan membatasi secara bertahap penggunaan kendaraan bertenaga bensin demi mendorong ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air. 

Langkah ini juga ditempuh untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan udara, terutama di kota-kota besar.

Pemerintah pun menargetkan populasi kendaraan listrik di Indonesia dapat mencapai 10% dari total kendaraan pada 2030 mendatang.

Baca Juga: Dijual Mulai dari Rp 351 Juta, Simak Fitur-Fitur Toyota All-New Yaris Cross

Pengamat Otomotif Bebin Djuana mengatakan, rencana pemerintah tersebut masih terkesan terlalu abstrak. Pasalnya, mengingat tingkat mobilitas masyarakat Indonesia saat ini sangat tinggi. Ini terbukti dari kemacetan yang kerap terjadi, terutama di Jakarta, saat jam sibuk.

Lagi pula, negara-negara maju yang juga menjadi produsen otomotif seperti Jepang dan Korea Selatan tidak membatasi pemakaian kendaraan konvensional. Tetapi, mereka memberikan jalan keluar atau alternatif, baik melalui peningkatan jumlah dan kualitas transportasi umum maupun penggunaan kendaraan berbasis elektrifikasi.

"Perlu diingat juga ada berapa ribu tenaga kerja yang terlibat di industri otomotif dari hulu ke hilir, ada berapa ratus ribu bahkan juta orang yang menggantungkan kehidupannya pada industri ini," ungkap Bebin, Selasa (13/6) malam.

Ketika kendaraan konvensional hendak dibatasi, maka pemerintah harus segera mencari alternatif penggantinya. Jika masyarakat dialihkan untuk menggunakan kendaraan hybrid atau listrik, tentu pemerintah harus menyiapkan berbagai kemudahan sarana dan prasarana agar masyarakat mau memakai kendaraan tersebut secara alami.

Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan stakeholder terkait mengingat ekosistem kendaraan elektrifikasi di Indonesia masih seumur jagung.

Baca Juga: Kendaraan Konvensional Akan Dibatasi, Produsen Otomotif Tunggu Kejelasan Aturan

Dihubungi terpisah, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengaku, pihaknya belum bisa berkomentar lebih jauh terkait rencana pembatasan kendaraan konvensional tersebut. Gaikindo masih menunggu kejelasan arah dan kepastian kebijakan pemerintah untuk mengurangi kendaraan konvensional di jalanan.

"Kami tunggu peraturannya saja," ujar dia, Selasa (13/6).

Setali tiga uang, Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala menyampaikan, pihaknya masih mempelajari rencana pemerintah tersebut. "Kami masih menanti petunjuk teknisnya dari pemerintah," tandas dia, Selasa (13/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×