Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi industri susu di pasar dalam negeri masih terbuka lebar. Data Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian (Kemtan) Desember 2016, menyebut pada 2017-2020, Indonesia akan mengalami defisit susu 71.000 ton - 103.000 ton susu.
Defisit ini, seharusnya ini menjadi potensi bisnis bagi industri susu dan peternak sapi perah. Sayangnya, produktivitas susu lokal selama lima tahun terakhir turun rata-rata 1,03% per tahun atau sekitar 847.090 ribu ton. Salah satu faktor penyebab adalah karena produktivitas sapi perah saat ini masih rendah yakni sekitar 8 liter sampai 12 liter per ekor per harinya. Padahal idealnya sebesar 15 liter per ekor per harinya.
Sebagai salah satu produsen susu di Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia punya kepentingan supaya pasokan susu ke perusahaan asal Belanda tersebut tetap lancar. Apalagi pasokan susu Frisian Flag berasal dari para peternak sapi perah. Salah satu upaya lewat program Farmer2Famer.
Frisian Flag Indonesia mengirim empat peternak lokal untuk belajar cara ternak sapi perah yang baik di Belanda yakni good dairy farming practices (GDFP). Para peternak berasal dari Koperasi Peternakan Sapi Bandung Selatan (KPSBS) Pangalengan, Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur dan Koperasi Bangun Lestari di Jawa Timur. "Hasilnya bisa mensejahterakan para peternak," kata Fetti Fadliah, PR Manager Frisian Flag Indonesia dalam keterangan tertulis, Jumat (5/7).
Para peternak yang ikut program tersebut seperti Yanto dan Apidh berencana mengimplementasi langsung cara peternak di Belanda. Misalnya mulai membuat fermentasi rumput atau silage yang kerap dipakai peternak sapi perah di sana. Supaya ketersediaan rumput sebagai pangan utama sapi perah tersedia sepanjang tahun. "Di Pasuruan sering terjadi kekeringan," keluhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News