kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

UPDATE: Kuartal IV, kinerja ekspor mebel dan kerajinan terkoreksi


Rabu, 10 November 2010 / 13:19 WIB
UPDATE: Kuartal IV, kinerja ekspor mebel dan kerajinan terkoreksi
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah


Reporter: Asnil Bambani Amri, Roy Franedya, Steffi Indrajana |

JAKARTA. Pada kuartal keempat tahun ini, Asosiasi Mebel Indonesia (ASMINDO) memperkirakan kinerja ekspor mebel dan kerajinan bakal terkoreksi. Pasalnya, produksi dari wilayah utama penghasil mebel dan kerajinan, yaitu DIY dan Jawa Tengah, terganggu akibat abu vulkanik letusan Gunung Merapi. Sayangnya, ASMINDO tidak memerinci besarnya koreksi kinerja pada kuartal keempat tahun ini.

Jogja dan Bantul merupakan salah satu daerah penghasil utama kerajinan Indonesia yang menyumbang nilai ekspor sekitar US$ 70 juta. Memang, kota Jogja dan Bantul tidak tersiram wedhus gembel Gunung Merapi; namun dua wilayah ini terus dihujani abu vulkanik. Ditambah lagi, tidak sedikit pekerja yang memilih untuk meliburkan diri. Itu sebabnya, produksi pun tak menggelinding seperti biasanya. Dari Sleman, realisasi ekspor mebel dari Sleman diperkirakan mencapai 20 kontainer per hari.

Di Kabupaten Magelang, operasi sentra kerajinan dari batu di Muntilan juga mandek. Tak hanya kena hujan abu vulkanik saja, tetapi banyak workshop yang mengalami kerusakan. Perajin Muntilan biasanya mengekspor sekitar 5 kontainer per hari dengan nilai ekspor mencapai US$ 75.000. Sama halnya dengan Kabupaten Klaten. Wilayah di Jawa Tengah ini biasanya mengekspor kerajinan dan mebel sebanyak 3 kontainer per hari.

“Dampaknya akan terasa, karena sentra produksi saat ini tidak jalan,” jelas Ketua Umum Asosiasi Mebel Indonesia (ASMINDO) Ambar Tjahjono saat dihubungi KONTAN melalui telepon, Rabu (10/11).

Ambar mengkhawatirkan nasib industri kerajinan yang ada di dua wilayah ini. Ia menghitung, pengrajin berpotensi kehilangan pendapatan sedikitnya Rp 2 miliar per hari.

Utang perbankan

Selain mandeknya industri ini, pengusaha mebel maupun kerajinan harus menanggung beban kredit kepada perbankan. Pasalnya, banyak diantara mereka mendapatkan kuncuran bantuan kredit. “Perbankan banyak yang tidak mau tahu kondisi ini,” terang Ambar. Ia mengharapkan kalangan perbankan memberikan kemudahan bagi industri kerajinan yang ditimpa bencana itu.

Nyatanya, perbankan tak tinggal diam. Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank BNI akan memberikan keringanan, berupa penjadwalan ulang pembayaran cicilan kredit nasabahnya.

Awal pekan ini, Direktur Utama BRI Sofyan Basir menjelaskan, saat ini BRI tengah mengidentifikasi jumlah debitur yang terkena musibah letusan Gunung Merapi. Tugas tersebut diserahkan kepada sekretaris perusahaan BRI. "Berdasarkan perkiraan kami, kebanyakan yang terkena efek bencana Merapi ini berasal dari unit BRI Mikro dan Menengah," ujar Sofyan kepada KONTAN, Minggu (7/11).

Pertengahan November mendatang, BRI akan melaporkan kepastian jumlah debitur yang terkena musibah bencana Merapi dan nilai kreditnya kepada Bank Indonesia (BI) dan pemerintah.

Para debitur yang mengalami bencana alam akan mendapatkan semacam relaksasi berupa penjadwalan ulang pembayaran cicilan kredit. Pola ini mengacu pada bencana tsunami di Aceh tahun 2004 silam "Kami tidak mungkin menagih nasabah yang sedang ditimpa kemalangan. Itu namanya tidak manusiawi," tambah Sofyan.

Bank BNI pun tengah melakukan hal yang sama. Menurut Sekretaris Perusahaan BNI Putu Bagus Kresna, bank berlogo angka 46 ini tengah mengkaji keringanan untuk para debitur yang terkena dampak meletusnya Gunung Merapi. "Semuanya masih dalam proses dan dalam waktu dekat ini akan kami beritahukan bagaimana hasilnya," jelas Putu.

Namun, dia belum bisa memastikan kapan bisa mengeluarkan keputusan keringanan tersebut. "Yang pasti dalam waktu dekat ini," tandasnya.

Bank BNI sudah mempunyai model atau acuan untuk menghadapi masalah ini. "Kami berkaca pada pengalaman gempa di Padang dan tsunami di Aceh," terangnya.

Kinerja jeblok

Pemerintah masih terus menghitung dampak kerusakan dan terganggunya aktifitas ekspor karena erupsi Merapi ini. "Kami sedang melakukan assesment terhadap dampaknya dari sektor perdagangan," kata Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar di Jakarta, Senin (8/11).

Hanya saja, untuk tahap awal (tanggap darurat), pemerintah belum mengagendakan program rehabilitasi menyeluruh. Pasalnya, periode tanggap darurat fokus mendistribusikan bahan pokok dan bantuan darurat.

Mahendra menghitung, kerusakan sektor perdagangan akibat erupsi Merapi itu diperkirakan terjadi pada pusat perdagangan (pasar) dan juga infrastruktur jalan sampai dengan operasionalisasi industrinya. Selain infrastruktur perdagangan, pemerintah juga mengkhawatirkan industri mebel, batik dan juga kerajinan.

Dampak erupsi merapi ini memperparah kinerja ekspor mebel dan kerajinan Indonesia. Tanpa hitungan bencana alam ini, Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) sudah menghitung kinerja ekspor mebel tahun ini masih akan lebih terpuruk ketimbang tahun 2009; turun sekitar 10% - 20% ketimbang tahun 2009 akibat lesunya pasar pasar internasional, termasuk di Eropa dan Amerika.

Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra mencatat, hingga tahun 2009 lalu ekspor mebel dan rotan Indonesia mencapai US$ 1,52 miliar, sudah mulai melorot dari tahun 2008 yang mencapai US$ 2,13 miliar. Nah, bila diperkirakan melorot hingga 20%, maka sepanjang tahun ini ekspor rotan dan mebel Indonesia hanya akan mencapai sekitar US$ 1,22 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×