kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Update proyek listrik EBT, sebanyak 24 unit sudah beroperasi komersial


Selasa, 28 Juli 2020 / 17:15 WIB
Update proyek listrik EBT, sebanyak 24 unit sudah beroperasi komersial
ILUSTRASI. Foto udara kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

Total kapasitas dari 24 proyek pembangkit yang belum FC tersebut adalah 510,65 MW. Rincinya, 20 pembangkit IPP dari PPA 2017 (314,16 MW), tiga proyek pembangkit dari PPA 2019 (51 MW) dan satu proyek dari PPA 2020 (145 MW). Sementara itu, ada delapan proyek pembangkit IPP yang sudah diputus kontrak alias terminasi, yakni yang berasal dari PPA 2017 berkapasitas total 23,5 MW.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal EBT dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Sutijastoto mengakui, pengembangan listrik EBT masih belum optimal. Berkaca dari realisasi tiga sampai empat tahun terakhir, setrum dari energi hijau hanya tumbuh sekitar 500 Megawatt (MW) per tahun.

Realisasi tersebut masih mini. Hingga saat ini realisasi listrik EBT baru sebesar 10,4 Gigawatt (GW) atau hanya 2,4% dari total potensi EBT di Indonesia yang ditaksir mencapai 442 GW.

Di sisi lain, ada target bauran EBT yang harus dikejar sebesar 23% pada tahun 2025. Hingga saat ini, total bauran EBT baru mencapai 9,15%. Khusus di sektor kelistrikan, hingga Mei 2020 baru sekitar 14,21% porsi EBT dari produksi listrik nasional.

Dalam perhitungannya, masih ada selisih (gap) sebesar 4.000 MW antara target dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) dengan target bauran energi pada tahun 2025. "Sehingga ini gap-nya signifikan, dan ini lah perlu ada upaya percepatan. Ini lah tantangan kita, harus mempunyai extra ordinary effort untuk mencapai ke sana," jelas Sutijastoto.

Untuk mengatasi gas tersebut, pemerintah mengandalkan program green booster PLN, yaitu proyek kelistrikan EBT PLN yang diproyeksikan bisa mencapai 5.200,7 MW. Selain itu, Pemerintah tengah membahas rancangan peraturan presiden (perpres) tentang pembelian tenaga listrik EBT yang diklaim bakal memberikan skema harga dan insentif, sehingga pengembangan listrik EBT bisa lebih menarik.

Baca Juga: Ada skema cost reimbursment di rancangan perpres EBT

Bersamaan dengan itu, pemerintah juga menyusun tiga program quick win. Pertama, PLTS Skala masif. Terdiri dari PLTS yang akan diadakan di Sumatera Selatan sebesar 200 MW, PLTS terapung di berbagai waduk sebesar 857 MW, dan PLTS di lahan bekas tambang dengan potensi mencapai 2.300 MW.

Kedua, PLTA/PLTMH. Terdiri dari PLTA/PLTMH waduk sebesar 302 MW dan PLTA skala besar yang terintegrasi dengan industri, yang rencananya akan dibangun di Sumatera Utara, Kalimantan Utara dan Papua.

Ketiga, pengembangan biomasa secara masif. Yakni PLTBm sebagai substitusi dari PLTD, PLTBm hybrid di daerah 3T, dan co-firing biomasa pada PLTU. "Kita menyiapkan roadmap pengembangan EBT. Kita juga mengupayakan, fasilitasi akses terhadap pendanaan murah, ini terus kita upayakan" ujar Sutijastoto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×