Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di sektor makanan dan minuman, PT Kino Indonesia Tbk (KINO) menilai kebijakan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 8,51% pada 2020 mendatang, akan berdampak pada ongkos produksi dan upah buruhnya.
Budi Muljono, Direktur Keuangan KINO berkata pihaknya akan menyesuaikan harga produk dengan beberapa pertimbangan yang ada.
Baca Juga: Sejumlah ekonom memproyeksi laju ekonomi kuartal III-2019 makin melambat
"Salah satu pertimbangannya, tentu kebijakan Pemerintah tersebut. Namun, kami pikir ini masih terlalu dini untuk menyebut besaran penyesuaian harga yang akan dilakukan nanti," ujar Budi Muljono kepada Kontan, Jumat (18/10).
Budi menambahkan, selain penyesuaian harga, pihaknya juga akan mengimbangi kenaikan upah dengan efisiensi perusahaan.
Sebagai informasi, penetapan kenaikan UMP tersebut masih menggunakan Peraturan Pemerintah (PP) No 78/2015 tentang pengupahan, yang menggunakan komponen inflasi dan pertumbuhan ekonomi sebagai dasar.
Dalam Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) No B-M/308/HI.01.00/X/2019, tingkat inflasi nasional menggunakan angka September 2019 yaitu 3,39%. Kemudian pertumbuhan ekonomi diasumsikan 5,12%. Jika angka tersebut dijumlah, hasil yang muncul adalah 8,51%.
Baca Juga: Tren investasi langsung di Indonesia ke depan mengarah ke ekonomi digital
Kenaikan UMP 2020, ini juga dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan 2019 sebesar 8,03%, dan lebih kecil daripada kenaikan pada 2017 yang mencapai 8,71%.
Budi Muljanto melanjutkan, per semester I 2019, porsi tenaga kerja langsung KINO menempati porsi di bawah 7%.
"Jika dilihat dari laporan keuangan kami per 30 Juni 2019, porsi tenaga kerja langsung dibandingkan dengan beban pokok penjualan adalah sekitar di bawah 7%," lanjutnya.
Sementara itu, pihaknya masih optimistis dengan pertumbuhan penjualan sektor minuman sampai akhir tahun. KINO sendiri menargetkan sektor minuman bisa berkontribusi ke pendapatan perseroan sebesar 40% tahun ini.
Baca Juga: Dapat dana Rp 2,62 triliun, Tuban Petro yakin bisa menghemat devisa US$ 6,6 miliar
Sementara secara keseluruhan, Budi berkata perseroan menargetkan adanya peningkatan pendapatan 30% dibandingkan tahun 2018.
"Bisnis makanan tahun ini sedang melalui periode transisi karena majority shareholder kami sebelumnya dari Jepang, dan sejak semester I 2019, sudah buyout. Jadi ada perubahan struktur cukup besar. Tapi kontribusi sektor makanan akan tumbuh dibandingkan 2018," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News